search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
‘Aci Keburan’, Sabung Ayam 35 Hari di Kelusa
Minggu, 17 Juli 2011, 05:24 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Beritabali.com, Payangan, Warga Desa Kelusa, Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali, memiliki sebuah tradisi unik yang disebut 'Aci Keburan'', yakni tajen atau sabung ayam selama satu bulan lebih (35 hari). Bagi warga setempat, tradisi unik dipercaya dapat mendatangkan keselamatan bagi warga desa itu sendiri, tumbuhan, serta hewan peliharaan.

Tradisi Aci Keburan atau adu ayam jago ini digelar di 'jaba' atau halaman luar Pura Hyang Api yang terletak di Desa Adat Kelusa, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali.

Sejak pukul 6 pagi waktu setempat, areal jaba pura sudah ramai didatangi ribuan warga. Selain dari Gianyar, warga yang datang ke pura ini beraasal dari beberapa kabupaten lainnya di Bali seperti Bangli dan Singaraja.

Sebagian besar warga yang datang ke acara ini membawa ayam jantan aduan masing-masing lengkap dengan pisau tajinya. Beberapa orang warga bahkan membawa lebih dari satu ayam aduan.

Ayam aduan yang sudah dipasangi taji kemudian diadu dalam 'kalangan' atau arena tajen. Dalam tradisi aci keburan ini, warga saling mengadu ayam jagonya pada beberapa arena aduan dadakan yang ada di jaba pura.

Meski disertai taruhan uang layaknya tajen atau adu ayam pada umumnya di Bali, namun warga setempat menolak tradisi ini disebut judi. Alasannya, tradisi ini sudah diwarisi turun temurun dari para leluhur mereka sejak ratusan tahun yang lalu.

“Dulu ada polisi membubarkan tajen di Pura Hyang Api dengan menembakkan pistol ke udara. Setelah membubarkan tajen Aci Keburan, polisi tersebut mengalami luka ringan di bagian kaki akibat kena benda tajam di areal pura. Meski lukanya kecil, namun beberapa hari kemudian kaki polisi itu diamputasi. Nah, setelah itu tidak ada polisi yang berani membubarkan tajen di pura Hyang Api selama Aci Keburan berlangsung,” ujar seorang warga Desa Kelusa.

“Ayam aduan yang mati pada arena Aci Keburan diyakini warga sebagai wujud sesangi (persembahan) kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa. Lewat tradisi ini warga yakin akan diberi keselamatan, juga tanaman dan hewan ternak mereka, dijauhkan dari wabah penyakit,” jelas Made Lanus, Wakil Bendesa Desa Adat Kelusa.

Selain mengadu ayam jantan aduan di arena tajen, warga yang datang juga melakukan persembahyangan guna memohon keselamatan kepada Sang Pencipta.

 



“Tradisi Aci Keburan ini digelar setiap enam bulan sekali, mulainya setiap hari raya Kuningan. Ini akan berlangsung selama satu bulan lebih, tepatnya 35 hari,” ujar Lanus. 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami