search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pemberitaan HIV Kurang Berempati Kepada Korban
Sabtu, 22 September 2012, 10:01 WITA Follow
image

google.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Berbagai pemberitaan seputar HIV/Aids dinilai masih belum berempati kepada korban. Pemberitaan masih berkutat pada data statistik tanpa didukung penjelasan memadai sehingga justru kurang membantu upaya pencegahannya di masyarakat.

"Berita yang muncul di media lebih banyak sensansional, yang justru akhirnya membuat masyarakat takut dan resah, jauh dari empati," kata wartawan senior dan pemerhati HIV/Aids, Saiful W Hasibuan dalam lokakarya HIV dan Media di Sanur, Minggu (23/9/2012).

Sulit diharapkan penyajian berita semacam itu bisa merubah keadaan dimana masalah virus HIV, sudah menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Padahal sama seperti penyakit lainnya seperti kanker, diabetes yang membahayakan keselamatan manusia, namun Aids kurang mendapat perhatian serius masyarakat.

"Media yang diharapkan bisa memberikan pencerahan, edukasi justru tak sedikit yang terjebak pada pemberitaan yang mengejar sensasi. Media seperti kehilangan induk, tidak tahu harus bagaimana mengubadah paradigma agar masyarakat bisa berempati. Bagaimana membangun kesadaran masyarakat sehingga bisa mendekat, bukan sebaliknya menjauh,"ujarnya.

Menurutnya, saat ini media diharapkan lebih memberi empati kepada korban dan keluarganya agar tidak mendapat labelisasi negatif di masyarakat. Demikian pula, memberi pemahaman yang benar kepada masyarakat seputar penyakit tersebut sehingga menempatkannya sebagai subyek.

 

 

Memmbuka kesadaran, bahwa HIV telah menjadi ancaman nyata sehingga publik makin waspada agar mampu bagaimana mencegah perilaku rentan seperti berganti pasangan dengan yang berisiko Aids dan penggunanan jarum suntik narkoba. Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi Bali Made suprapta menambahkan, saat ini dirasakan masih minim pemberitaan seputar HIV dan belum banyak ditemukan ragam jurnalisme yang berempati.

Paparan data angka tentang jumlah penderita dan prevalensi penyakit HIV, dinilai belum cukup bisa menekan angka penyebaran penyakit mematikan tersebut. Untuk itu, harus ada perubahan paradigma dengan memberikan empati kepada korban dan keluarganya. Media diharapkan mampu memberi ruang yang cukup misalnya bagaimana korban HIV/Aids bisa bangkit, sembuh dan berkiprah di masyarakat. Bukan hanya menyoroti sisi negatifnya namun bagaimana beratnya perjuangan hidup korban dan kelurganya.

"Dengan begitu maka bisa lebih memotivasi dan mendorong empati masyarakat kepada para korban Aids dan keluarganya. Sehingga bisa berupaya keras untuk melindungi keluarganya agar terhindar dari ha-hal atau perilaku berisiko terkena Aids,"ujarnya. 
 

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami