Ternyata Broken Home dan Putus Sekolah
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Kejadian memilukan yang dialami oleh Korban persetubuhan bergilir RPW (16) asal Banjar Samblong, Desa Yehsumbul, Mendoyo yang dilakukan pacar korban AF (17) dan lima ABG lainnya di rumah AB (17) salah satu pelaku di Dusun Pesinggahan, Desa Medewi, Pekutatan Jumat (17/5) tengah malam, ternyata cukup menjadi perhatian warga di sekitar tempat tinggal korban.
Warga mengaku sangat kaget dengan peristiwa tersebut dan sama sekali tidak pernah menyangka bahwa korban menjadi kroban kebejatan enam ABG yang notabennya adalah teman-teman korban.
Beberapa tetangga korban Minggu (19/5) mengaku kaget dengan peristiwa yang menimpa korban. Mereka juga tidak menyangka korban yang selama ini diketahui sangat pendiam dan jarang keluar rumah, menjadi korban kebejatan tujuh ABG yang masih berstatus pelajar tersebut.
“Saya sama tidak menyangka gadis ini berbuat begituan dengan enam laki-laki," terang salah seorang tetangga korban. “ Namun warga disini sudah semua tahu bahwa dia sudah berpacaran dengan AF. Tapi selama dia pacaran tidak pernah berbuat neko-neko atau bepergian berdua,” imbuh warga lainnya.
Namun menurut warga, RPW di Desa Yehsumbul sudah tidak memiliki orang tua dan tinggal bersama neneknya serta bibi dan pamannya. Bapak kandungnya telah lama meninggal, sedangkan ibu kandung korban telah menikah lagi dan memilih tinggal bersama suaminya yang baru.
Menurut warga, korban juga pernah sekolah di MAN, tapi baru kelas satu sudah putus sekolah. “ Saya tidak tahu apa alasannya, padahal bibi dan pamannya kesehariannya cukup berada,” terang warga.
Sementara itu AT (40) salah seorang kerabat korban yang masih terhitung paman korban membenarkan korban sejak kecil telah ditinggal mati oleh bapak kandungnya. Sementara ibunya menikah lagi dan menetap di Bandung, Jawa Barat.
“ Dia saat kecil pernah tinggal sama ibunya, tapi saat remaja dia kembali ke sini dan tinggal bersama nenek dan bibiknya dan bersekolah di sini,” tutur AT.
Namun dirinya juga tidak mengerti kenapa RPW sampai putus sekolah dan hanya sempat duduk di kelas satu MAN, padahal bibik dan pamannya ekonominya tergolong mampu,” imbuhnya. AT juga mengakui selama ini dirinya maupun bibik serta pamannya yang mengajak RPW kurang mengawasi perkembangannya lantaran masing-masing memiliki pekerjaan.
Dijelaskan pula, tiga bulan yang lalu saat korban putus sekolah, ibu kandungnya datang dari Bandung dan mengajak dia tinggal di Bandung bersama ibu dan bapak tirinya. Namun korban tidak mau tinggal bersama ibunya dan lebih memilih tinggal bersama nenek dan bibinya.
“Saya juga tidak mengerti kenapa dia tidak mau tinggal bersama ibuknya. Mungkin karena dia tidak mau tinggal bersama bapak tirinya,” ungkapnya.
Reporter: bbn/net