SIswa SD di Denpasar Raih Emas Olimpiade Robot Internasional
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Siswa SD Muhammadiyah 2 Denpasar, Bali mampu meraih empat medali yang terdiri dari emas, perak dan perunggu dalam olimpiade robot internasional 2014 yang digelar di Johor Baru, Malaysia.
Siswa SD yang berprestasi dan meraih medali emas dalam kategori robot soccer yakni Wildan dan Naufal Mochtar. Aerial robot oleh Aqsa meraih perak, dan medali Perunggu dengan kategori line tracer diraih Qowi Maula, serta robot teater oleh Hisyam Hakim, Aliyah Dafitri, Qowi Maula, Naufal Mochtar, Wildan, Renaldi, Aqsa dan Rizky Firdaus.
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 2 Denpasar, Siti Nurhamidah, S.Pd, M.Pd merasa bersyukur anak didiknya meraih prestasi yang luar biasa di tingkat internasional. Ajang yang diikuti hampir seluruh negara di kawasan ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Mesir Arab Saudi dan beberapa negara lainnya itu sama sekali tidak dibiayai oleh pemerintah, dan hanya didukung pihak sekolah dan dibantu orang tua murid.
"Kita mengikuti olimpiade ini tidak melalui Diknas. Kita berjuang luar biasa, terutama soal mahalnya ongkos biaya untuk narasumber dan peralatan robot. Alatnya mahal-mahal sekali," kata Nurhamidah di Denpasar, Bali, Rabu (14/5/2015).
Menurut Nurhamidah, untuk kegiatan ekstra kurikuler robotik yang diberi nama Ngurah Rai Junior Robot itu mulai dibuka tahun 2011 itu adalah satu-satunya ada di Pulau Bali. Ia mengaku melihat bakat pada anak-anak didiknya.
Dengan tekad bulat dan berkomunikasi dengan wali murid, alhasil ekskul robotik tetap berjalan.Meski baru dibentuk, namun anak didiknya mampu menyabet gelar bergengsi tingkat nasional dan internasional. Semua berjalan berkat dukungan wali murid. Anak-anak ini memang berbakat dan harus kita bina, harus ada wadah," ungkapnya.
Sebelumnya pada tahun 2011 awalnya memberanikan diri mengikutsertakan anak didiknya dalam lomba robotik di Denpasar. Dan baru pada even olimpiade tingkat nasional di Malang, Jawa Timur, Nurhamidah memberanikan diri mengirim anak didiknya. "Kita juara I tingkat nasional pada tahun 2013 dengan kategori line tracer. Juga meraih perak pada even di Bandung, Jawa Barat," tuturnya.
Sementara itu, pembina robotik SD Muhammadiyah 2 Denpasar, Ardita Kusuma, ST menambahkan jika segala macam peralatan robot didukung secara finansial oleh orang tua murid. Ardita mengaku kegiatan ekskul robotik itu jika siswa sudah duduk di bangku kelas 3 sampai kelas 5 SD, dan siswa kelas 6 hanya ditugaskan sebagai pendamping saja.
"Sekolah hanya fasilitator pelatihan saja. Alatnya mahal-mahal, sampai ada yang seharga Rp 8 juta. Kelas 6 kan dia juga harus mempersiapkan diri menghadapi UN. Jadi kita ikutkan sebagai pendamping saja," ulas dia.
Pihak sekolah sungguh menyayangkan Pemerintah Provinsi Bali, meski mereka memiliki prestasi segudang di tingkat nasional dan internasional yang membawa harum dunia pendidikan di Bali, namun hingga kini sangat minim perhatiannya.
"Kita pernah ajukan bantuan ke Dinas Pendidikan. Tapi karena kami sekolah swasta langsung ditolak. Sampai sekarang belum ada perhatian dari pemerintah Bali," pungkas Ardita.
Reporter: bbn/rob