search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Para Bijak di Bali Diminta Akhiri Polemik Reklamasi Teluk Benoa
Sabtu, 9 Mei 2015, 09:05 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Polemik atau pro kontra soal rencana reklamasi di Teluk Benoa, Badung, Bali, hingga kini tak berkesudahan. Para bijak di Bali diharapkan segera turun tangan, agar polemik ini bisa segera berakhir. Hal ini disampaikan Tokoh Pariwisata Bali, Made Suryawan, dalam keterangannya di Sanur, Jumat (8/5/2015). 
 
"Orang-orang bijak di Bali yang masih dipercaya seluruh masyarakat Bali, baik itu dari kalangan bisnis, sulinggih, akademisi, atau latar belakang lainnya, bisa membentuk kelompok yang legitimasinya disahkan oleh pemerintah Bali. Kelompok para bijak ini kemudian bisa memberi pendapat dan rekomendasi tentang jadi tidaknya reklamasi di Teluk Benoa. Saat ini kan sudah mentok, karena pemerintah sudah tidak dipercaya. Oleh karena itu rekomendasi dari para bijak di Bali ini sangat diperlukan,"ujarnya. 
 
Para bijak di Bali ini, jelas Suryawan, dipercaya akan bisa memberi rekomendasi yang netral dan obyektif terkait nasib rencana proyek reklamasi di Teluk Benoa. 
 
"Ini bukan masalah menolak ataupun mendukung reklamasi Teluk Benoa. Jika para bijak ini bisa memberi rekomendasi apakah ditolak, ditunda selama 20 atau 30 tahun, atau dilanjutkan, maka polemik atau masalah ini akan cepat selesai, tidak seperti saat ini, hanya membuang-buang energi masyarakat yang sebenarnya bisa digunakan untuk hal-hal yang produktif,"ujar Suryawan.
 
Suryawan meminta agar semua pihak, terutama pimpinan dan legislatif di Bali supaya tidak memelihara pro dan kontra reklamasi Teluk Benoa karena akan beresiko konflik horizontal di masyarakat.
 
Reklamasi Teluk Benoa, kata Suryawan, adalah masalah yang sulit. Oleh karena itu pendekatannya jangan menggunakan pendekatan massif yang melibatkan massa banyak. 
"Jangan kuantitatif pendekatannya. Ini masalah holistik, perlu berbagai disipliner ilmu untuk mengkaji masalah ini. Saat ini banyak elemen yang sumir, mereka main manipulasi. Kita tidak ingin memperkeruh suasana, ayo kita kumpul, panggil para bijak yang ada di setiap profesi, lalu beri rekomendasi, jangan lama-lama berpolemik,"pungkasnya.

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami