Wujudkan Kedamaian, STIKOM Bali Kelola Perbedaan Menjadi Sebuah Keindahan
Senin, 30 November 2015,
06:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Serangkaian dengan perayaan hari raya Saraswati, Sabtu (28/11/2015) STIKOM Bali mengundang Ida Peranda Made Gunung untuk memberikan Dharma Wacana kepada seluruh mahasiswa, dosen, karyawan dan pengurus yayasan Widya Dharma Shanti (WDS)-Yayasan yang menaungi STIKOM Bali.
Dharma Wacana ini digelar di STIKOM Bali Convention Center dipandu oleh Pembantu Ketua (PK) I STIKOM Bali Ida Bagus Suradarma, SE, M.Si.Hadir dalam acara ini selain Ida Bagus Suradarma, juga Ketua STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan, PK I I Made Adi Purwantara, ST, MT., PK II Ni Kadek Putri Srinadi, SE., MM.Kom. Sedangkan dari pengurus yayasan WDS yang hadir adalah Prof. Dr. I Made Bandem, MA (Pembina yayasan), Drs. Ida Bagus Dharmadiaksa (ketua yayasan), Ir. I Wayan Suastika (pengawas yayasan) dan Nyonya Dr. Swasti Bandem serta Direksi PT Widya Dharma Sidhi I MadeMarlowe Makaradhwaja Bandem, B.Bus dan I Made Sarjana, SE., MM.
Dalam Dharma Wacana sekitar 1,5 jam ini Ida Peranda Made Gunung menekankan pentingnya toleransi dalam kehidupan antarumat beragama. “Agama itu mengajarkan kita untuk mampu mengolah perbedaan menjadi sebuah keindahan. Kalau semua orang dianggap musuh, maka selama hidup kita tidak merasa tentram,” tegasnya.
Menurut Peranda Gunung, hidup ini ibarat sebuah buku. “Setiap pagi kita bangun tidur, buka lembaran pertama, kita mulai menulis sesuatu dengan menyebut nama Tuhan duluan. Seluruh aktifitas hari itu kita tulis dan seterusnya sampai semua lembaran penuh dengan catatan kita. Semua catatan kita dalam buku inilah nanti kita pertanggungjawabkan di mata Tuhan saat kita meninggal nanti. Tapi Tuhan sudah tahu, apakah yang kita tulis ini benar atau tidak,” bebernya.
Peranda Gunung juga menekan bahwa ajaran wahyu Tuhan adalah supaya manusia mampu mengayomi budaya lokal. “Karena itu di mana-mana ada Hindu berada, tidak pernah mematikan budaya lokal,” tukasnya sambil member contoh Hindu di Jawa dan India.
Menurut Peranda Gunung, kalau kita mengaku sebagai pengikut Tuhan, maka kita wajib mengikuti aturannya dan manjauhi larangannya. “Ini sama dengan adik-adik yang telah memilih STIKOM Bali sebagai tempat kuliah, maka wajib mengikuti aturan di STIKOM Bali. Tidak mungkin ngaku kuliah di STIKOM Bali tapi tidak pernah mengikuti aturan lalu tiba-tiba minta lulus. Tidak mungkin kita melawan ajaran Tuhan tapi minta masuk surga,” katanya.
Peranda Gunung yang dikenal sebagai tokoh keberagaman mengatakan pentingnya mengedepankan bhakti, cinta dan kasih sebagai dasar hidup bersama dalam perbedaan. "Kita harus bhakti kepada Tuhan YME, khususnya memikirkan, mengucapkan dan menjalankan ajaran dharma setiap saat, lalu mencintai semua mahluk ciptaannya dan kemudian kasih dan merawat alam lingkungan. Kesatuan inilah yang akan membawa persatuan dan perdamaian bagi dunia," pungkasnya.[bbn/rls/*]
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls