search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pidato Bung Karno di Denpasar Pasca Revolusi
Kamis, 1 Juni 2017, 10:52 WITA Follow
image

ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Pada Oktober 1950, Presiden Soekarno (Bung Karno) berbicara di Mandala Wisnu Denpasar. Ia memohon dengan penuh gairah kepada pemuda-pemudi Bali untuk menghentikan kerusuhan. 
 
Ia berujar," Kalian ingin menjadi pahlawan revolusi, tetapi di bagian mana dalam kisah Ramayana atau Mahabharata kalian menemukan pahlawan yang membunuh di kegelapan dengan kerisnya? Pernahkah Krisna atau Arjuna melakukan balas dendam kepada anak-anak dan para wanita? Kalian harus sadar bahwa semua mata di dunia sedang menatap Bali dan setiap tindakan kriminal disini secara langsung memperkuat kedudukan musuh-musuh kita sekaligus memancing hinaan pada seluruh negeri" 
 
Soekarno menambahkan,"Slogan kalian pada saat demonstrasi memang mengekspresikan keinginan kalian untuk berjuang demi Iran, tapi cara ini justru membuat kita kehilangan Iran!"
 
[pilihan-redaksi]
Itu merupakan salah satu pidato Soekarno yang ditulis oleh Jef Last dalam tulisan berjudul Pasca Revolusi dihimpun Adrian Vickers (2012) dalam Bali Tempo Doeloe. 
 
Menurut Last, ini merupakan pidato Bung Karno yang paling menyentuh yang pernah Ia dengar. Saat itu tidak ada tepuk tangan dan orang pergi meinggalkan lokasi dengan diam, pulang dalam keadaan malu. 
 
Namun, pada keesokan paginya, Ia mendengar bahwa di malam yang sama saat pidato berlangsung terjadi tiga kasus pembunuhan. Last menyatakan bahwa pembunuhan ini terjadi antara orang-orang Bali sendiri, tidak ada satu pun orang Belanda yang terlibat. 
 
Last menyebut ini sebagai Masa Lalu Berdarah: Pembunuhan di Nirwana. 
 
Padahal, Perdana Menteri India Pandit Nehru mengunjungi Bali dua bulan sebelum kejadian ini, dan berujar," Ini merupakan surga terakhir, fajar bagi dunia". 
 
Tercatat lewat kejadian ini, terjadi rata-rata 80 kasus pembunuhan danpembakaran setiap bulan di Bali. 
 
Kejadian di 1950 ini sebagai bentuk kebencian masyarakat Bali terhadap kelompok yang bersekutu dengan pasukan kolonial Belanda, NICA.  [wrt]

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami