search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lingga Yoni, Sebuah Simbol Sarat Makna Kehidupan
Sabtu, 3 Februari 2018, 13:00 WITA Follow
image

TropenMuseum

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Lingga Yoni tak sebatas sebuah simbolisasi, namun mengandung pesan kehidupan yang sangat luas. Lingga identik dengan simbol dari Energi Maskulin, "Yang", Pria dan Yoni sebagai simbol dari Energi Feminim, "Yin", Wanita. Jadi Lingga dan Yoni merupakan jalur energi Ilahi di tubuh manusia dan di alam semesta.

Dalam phdi.or.id dikatakan bahwa penyatuan Lingga dan Yoni melahirkan sesuatu yang baru, yaitu penciptaan. Perpaduan lingga dan yoni tersebut melambangkan penciptaan dunia dan kesuburan. Tanpa Dengan adanya penyatuan dan penciptaan maka ada generasi yang berkelanjutan atau kehidupan yang berkelanjutan.

Lingga menyerupai alat kelamin laki-laki, karena bentuknya seperti Phallus lambang kesuburan. Dalam Tradisi Megalithik, dan dalam perkembangan Hindu merupakan simbol dari Dewa Siwa. Lingga berfungsi sebagi penyalur air pembasuh arca. Dalam manifestasinya Lingga terdapat 2 bentuk. Pertama, Lingga Cala adalah Lingga yang merupakan simbol Dewa Siwa, sifatnya dapat dipindahkan karena bentuknya yang tidak permanen.

Contohnya Arca Lingga. Kedua, Lingga Acalaadalah Lingga yang diperkirakan sebagai tempat hunian bagi Dewa Siwa, sifatnya permanen sehingga tidak dapat dipindahkan. Contoh Gunung adalah tempat pemujaan bagi Sang Hyang Acalapati yang merupakan Dewa gunung.

Yoni  menyerupai vagina alat kelamin dari wanita, yang merupakan lambang kesuburan pada masa prasejarah. Pada masa perkembangan Hindu Yoni merupakan simbol dari Dewi Parvati istri dari Dewa Siwa. Yoni adalah tumpuan bagi lingga atau arca. Bersatunya Lingga dan Yoni adalah pertemuan antara laki-laki (Purusa) dan wanita (Pradhana) yang merupakan lambang kesuburan, sehingga muncul kehidupan baru (kelahiran).

Oleh sebab itu pemujaan akan lingga dan yoni yang merupakan bersatunya Dewa Siwa dan Dewi Parvati adalah suatu berkah bagi masyarakat masa lampau, sehingga biasanya lingga-yoni ini diletakkan di wilayah pertanian atau pemujaan para petani kala itu.

Konsep Lingga Yoni ternyata juga menjadi ilham dalam bangunan di Indonesia, contohnya Bangunan Monumen Nasional (monas) dan Gedung DPR/ MPR. Dalam sebuah artikel berjudul “Filosofi Seksualitas Lingga-Yoni pada Bangunan Monas dan Gedung DPR/MPR” di Kompasiana.com disebutkan bahwa rencana pembangunan Monas oleh Soekarno awalnya adalah untuk merekam aksi patriotisme bangsa dalam melawan penjajahan melalui tugu peringatan yang lebih megah dari menara Eiffel.

Monas adalah perlambang Lingga, mewakili maskulinitas sosok ayah yang seorang laki-laki. Itulah kenapa Monas dibangun trio arsitekturnya; Soedarsono, Rooseno dan Silaban di dekat Istana Merdeka sebagai pusat kekuasaan. Monas mewakili sosok eksekutif, yang bekerja keras untuk kebahagiaan rakyat Indonesia sebagai anak-anaknya. Itulah kenapa di puncak Monas ada nyala api perunggu berlapis emas sebagai simbol “Dian Yang Tak Kunjung Padam” yang artinya semangat yang selalu menggelora.

Yoni yang mewakili feminimitas sosok ibu yang seorang perempuan adalah Gedung DPR/ MPR. Dulunya, bernama Gedung Conference of New Emerging Force (Conefo) karena digunakan Soekarno untuk mengumpulkan negara-negara berkembang sebagai reaksi pembentukan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Jika diperhatikan baik-baik bentuk bangunan Nusantara DPR/ MPR yang memiliki unsur vagina dan labium mayora-minora. Monas dan Gedung DPR/ MPR adalah perlambang kasih sayang para pemimpin bangsa ini sebagai orang tua untuk seluruh warga negara Indonesia sebagai anak-anak kandungnya.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami