search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
50% Perokok Remaja, Generasi Muda Diingatkan Tak Terjerat Adiksi Rokok
Minggu, 20 Mei 2018, 12:50 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com.Denpasar, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya mengingatkan generasi muda akan bahaya merokok untuk kesehatan. Menurutnya lebih dari 50 persen perokok adalah remaja, apalagi rokok mengandung zat adiktif yang membuat perokok ketagihan. Itu sebabnya ia meminta remaja yang belum merokok agar tidak mencobanya. 
 
[pilihan-redaksi]
“Satu satunya cara agar tidak kecanduan adalah jangan memulai merokok,” katanya saat memberi sambutan pada acara Kampanye simpatik Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018 yang diselenggarakan di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja, Lapangan Puputan Margarana, Denpasar Minggu, (20/5)
 
dr. Suarjaya mengatakan satu batang rokok mengandung paling tidak 4000 senyawa berbahaya. Selain itu, ia menambahkan, terdapat 400 senyawa penyebab kanker atau karsinogenik pada satu batang rokok. Oleh karena itu ia mengajak seluruh masyarakat hidup sehat dengan tidak merokok. Pemerintah menurutnya sudah terus melakukan langkah untuk mencegah penyebarluasan rokok. Salah satunya dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kawasan Tanpa Rokok.
 
Bandoro Gunarso dari BEM FK UNUD mengatakan peringatan hari tanpa tembakau sudah dimulai sejak 31 Mei 1989 karena dampaknya saat itu sudah dirasakan. Bahkan diestimasi korban meninggal akibat rokok di seluruh dunia mencapai 8 juta orang. 
 
[pilihan-redaksi2]
“Saat ini di Indonesia 190 ribu orang meninggal setiap tahunnya, sementara yang sakit mencapai 380 ribu orang,” katanya. 
Biaya untuk mengobati pun tak sedikit, mencapai Rp600 triliun per tahun, jauh lebih tinggi dari cukai rokok, tambahnya. Hasil penelitian menunjukkan banyak yang ingin berhenti tapi tak tahu caranya. Oleh karena itu, ia mengapresiasi Kementerian Kesehatan yang sudah membuka call center untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok.
 
Gede Sutha Arta Pramana dari HMKM UNUD mendorong para remaja untuk mulai berani bersuara. Hal ini menurutnya penting karena remaja lah yang menjadi target utama untuk menjadi perokok baru. Caranya dengan menjadi sponsor kegiatan remaja atau memasang iklan yang masif. Remaja menurutnya perlu kritis dan menyampaikan pendapatnya.
 
Jro Penjor, selaku masyarakat memberi apresiasi berbagai orasi soal rokok yang disampaikan. Sebagai penggiat meditasi kata, Ia mengatakan merokok adalah merongrong kebutuhan pokok masyarakat. Kebutuhan pokok yang dimaksud adalah kesehatan. 
“Prosesnya halus, tidak terasa, lebih banyak terasa nikmatnya bagi para perokok,” katanya. 
 
Namun ia berharap para insan kesehatan bisa mencari manfaat positif dari tembakau agar tidak hanya terasosiasikan dengan rokok. (bbn/rlspemprov/rob)
 
 

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami