Gugurnya Drona dan Jayadratha di Ardha Candra
Minggu, 1 Juli 2018,
16:25 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com,Denpasar. Suara gong menyelimuti Panggung Terbuka Ardha Candra yang begitu sesak. Aksi duta Kabupaten Bangli dan Kabupaten Jembrana membuat penonton terjaga. Terbius oleh lekuk gemulai tubuh sang pragina.
[pilihan-redaksi]
Tak hanya gerak gemulai tubuh pragina. Nada-nada indah menghentak penuh semangat mengiringi cerita heroik yang dipentaskan. Cerita heroik tetapi meneduhkan jiwa penuh ‘cinta’. Cinta yang sama dirasakan I Made Sugiarta, Ketua Sanggar Rare Angon.
Tak hanya gerak gemulai tubuh pragina. Nada-nada indah menghentak penuh semangat mengiringi cerita heroik yang dipentaskan. Cerita heroik tetapi meneduhkan jiwa penuh ‘cinta’. Cinta yang sama dirasakan I Made Sugiarta, Ketua Sanggar Rare Angon.
Sugiarta mengaku jatuh cinta pada seni, ia berniat mengembangkan kesenian di daerah asalnya, Kabupaten Bangli. Dan PKB ke-40 menjadi media merealisasikan niatnya saat sanggarnya mementaskan gong gebyar pada Parade Gong Gebyar Dewasa, Sabtu malam (29/6).
“Kami menampilkan Tabuh Parianon Anyar, Tari Kebyar Duduk gaya Peliatan, Tari Kreasi Bhisama, dan fragmentri gugurnya Jayadratha,” ungkap Sugiarta.
Pertunjukan itu pula menceritakan kelahiran Kota Bangli dalam balutan tari kreasi “Bhisama”. Disebutkan daerah Bangli terjangkit wabah kekeringan atau gerubug yang membuat masyarakat desa meninggalkan Bangli secara masal. Yang kemudian adanya Bhisama Raja menjadi tonggak berkembangnya Bangli.
[pilihan-redaksi2]
Persiapan pertunjukan seni itu tak semudah membalikan telapak tengan. Butuh 5 (lima) bulan lamanya agar berjalan sesuai rencana. “Itupun belum lagi dipotong hari raya. Kemudian ada masalah dana juga. Disana kami menekan dana dengan meminimkan konsumsi latihan,” tutur Ketua Sanggar Rare Angon. Baginya hal itu bukan masalah yang teramat berarti, sebab Sugiarta dan rekannya ingin berkontribusi dalam pengembangan kesenian Bangli.
Persiapan pertunjukan seni itu tak semudah membalikan telapak tengan. Butuh 5 (lima) bulan lamanya agar berjalan sesuai rencana. “Itupun belum lagi dipotong hari raya. Kemudian ada masalah dana juga. Disana kami menekan dana dengan meminimkan konsumsi latihan,” tutur Ketua Sanggar Rare Angon. Baginya hal itu bukan masalah yang teramat berarti, sebab Sugiarta dan rekannya ingin berkontribusi dalam pengembangan kesenian Bangli.
Di tempat berbeda, Putu Bayu Angga Adi Putra, Koordinator Sekaa Gung Kebyar Yowana Dharma Kanti, Duta Kabupaten Jembrana menuturan, kali ini kami akan memampilkan lelambatan tabuh pat, tari kebyar duduk, tari kreasi yang berjudul lebeng, dan pragmentari gugurnya Drona. Penampilannya itu dilandasi ingin membangkitkan semangat umat manusia di tengah keterbatasan usia. Pesan itu jelas tergambar dalam pertunjukan tari kreasi yang dipertunjukan. Serupa dengan keinginan kontingen Kabupaten Bangli, kelompok ini pula berharap kesenian Bali dapat berkembang dan tetap hidup di tengah peradaban. (bbn/rls/rob)
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/rls