Mengawali Menanam Padi Dengan Upacara Nandur
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Setiap memulai suatu kegiatan masyarakat Hindu Bali selalu mengawali dengan menggelar upacara. Salah satunya mengawali menanam padi di sawah yang ditandai dengan upacara nandur.
Peneliti dari Universitas Airlangga Ni Wayan Sartini dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Makna simbolik bahasa ritual pertanian masyarakat Bali” yang dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali Volume 07, Nomor 02, tahun 2017 menuliskan bahwa sebelum memulai menanam padi sawah diupacarai dengan sesajen-sesajen tertentu. Dalam pustaka pedoman Aci-aci Subak Kedua”sarana sesajen yang dihaturkan pada ritual ini adalah bubuh putih, canang, cau petik, cau mumbul, penyeneng, pebersihan, banten danan serta kayu penyugjug (dapdap, andong, kayu puring, kayu sisih, kayu temen).
Sesaji tersebut mengandung simbol-simbol yang berkaitan dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat petani Bali. Wacana ritual (saa) yang diucapkan pun merupakan permohonan anugrah kepada Tuhan agar dewa-dewa manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan) menghidupkan dan menyuburkan tanaman padi yang akan mulai ditanam.
Saa yang diucapkan oleh petani sebelum melakukan aktivitas nandur sebagai berikut ; Ratu betara, Sang Hyang Ibu pertiwi, Titiang jagi nandur mangkin Ledang pakulun Ida anguripana sarwa tumuwuh Mangda sinamian tanamen tiang anutugaken tahun Mangda rahayu, selamet, ten kaon, labda karya.
Adapun artinya yaitu; Ya Tuhan sebagai Sang Hyang Ibu Pertiwi. Saya akan menanam padi. Semoga berkenan menghidupkan semua tumbuh-tumbuhan. Semoga semua tanaman hamba tumbuh subur, semuanya menjadi panjang umur, sepanjang tahun. Semoga selamat, selamat, tidak rusak, dan lancar pekerjaan hamba.
Sedangkan Peneliti dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar yang terdiri dari I Made Krisna Dinata, I Nyoman Sueca, dan Ni Nyoman Mariani dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Nilai Pendidikan Agama Hindu Dalam Upacara Ngusaba Padi di Pura Subak Uma Utu, Desa Adat Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan” yang dipublikasikan dalam Jurnal Penelitian Agama Hindu, Volume 2, Nomor 1 tahun 2018 menuliskan ritual Pangewiwit sebagai simbolisasi penanaman bibit awal. Dimana disebutkan Pangewiwit adalah aktivitas setelah melakukan aktivitas ritual Ngeluku (membajak sawah).
Dalam aktivitas ini juga dibarengi dengan upacara yang dilakukan di Pura Subak yang menggunakan Banten berupa Pras Penyeneng, Tipat, Daksina dan Pejati. Setelah upacara tersebut dilakukan baru dilanjutkan dengan menanam bibit padi.[bbn/Jurnal Kajian Bali-Jurnal Penelitian Agama Hindu/mul]
Reporter: bbn/mul