search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dua Kali Tolak Jadi Pemangku Cobaan Bertubi-Tubi, Akhirnya Merta Damai Setelah Mawinten
Rabu, 24 Oktober 2018, 23:30 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com,Karangasem, Menjadi seorang Pemangku diperlukan kesiapan yang matang baik secara lahir maupun batin dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang Pemangku.
 
[pilihan-redaksi]
Seperti yang dijalani oleh I Ketut Merta (57) salah satu warga Dusun Bambang Biaung, Desa Duda, Selat, Karangasem setelah beberapa kali menolak akhirnya pagi ini, Rabu (24/10) bertepatan dengan Bulan Purnama Kelima memutuskan untuk menjalani ritual Pawintenan sebagai Pemangku di Pura Dadya Tangkas Kori Agung, Banjar Jangu, Desa Duda, Selat, Karangasem.
 
Sebelumnya pertama kali diminta untuk ngayah menjadi seorang pemangku pada tahun 1993 oleh almarhum I Wayan Miarna yang kala itu menjabat sebagai Kelian Dadya Tangkas Kori Agung. Ketika diminta, Ketut Merta langsung menolak dengan alasan salah satunya belum sanggup untuk membatasi diri dikarenakan saat itu dirinya tengah memikul beban sebagai tulang punggung keluarga sehingga jika dipaksakan menjadi pemangku maka rasanya kurang murni.
 
"Ya saat itu saya menolak karena secara lahir batin memang belum siap untuk ngiring menjadi Pemangku," ujarnya
 
Ketika menolak untuk mengemban tugas sebagai Pemangku, beberapa hari setelah itu, dirinya kemudian mendapat firasat lewat mimpi agar ngiring ngayah menjadi pemangku. Mimpi ini lantas diceritakannya kepada salah satu kerabatnya yang juga salah satu krame Dadya. Belum selesai bercerita tiba - tiba kerabatnya tersebut kerauhan dan mengucapkan beberapa kata salah satunya ngiring menjadi pemangku itulah jalan yang terbaik.
 
Tak sampai disana, entah kebetulan atau ada kaitannya, berbagai fenomena kerap dialaminya. Mulai dari kondisi perekonomian terpuruk, terjadi permasalagan dikeluarga, hingga serentetan kecelakaan dialami Ketut Merta dan anggota keluarganya.
 
Hingga pada tahun 2016 lalu, Krame Dadya melalui "Sangkepan" (forum) akhirnya kembali membicarakan soal  Pemangku dirinya pun kembali diminta namun lagi lagi kembali menolak. Kali ini setelah penolakan yang kedua ini, insiden insiden kian sering terjadi dan berujung kecelakaan sepulang dirinya mekemit dipura.
 
Sehari setelah kecelakaan itu terjadi, kecelakaan kembali dialami oleh istrinya Ni Luh Putu Merta (57) tertusuk paku pada bagian kakinya. Kejadian terus berlangsung, keesokan harinya salah satu putranya juga tertusuk beling pada kaki dilanjutkan dengan cucunya tiba-tiba tak sadarkan diri tanpa ada sebab. Terakhir rumahnya nyaris hangus terbakar akibat kebocoran gas LPJ.
 
[pilihan-redaksi2]
Setelah serangkaian kejadian tersebut, di awal tahun 2017, pria yang memang sudah menekuni dunia spiritual sejak tahun 1986 tersebut akhirnya menyanggupi untuk ngiring menjadi seorang pemangku. Setelah menyanggupi untuk menjadi pemangku, diakui Guru pengajar di SD Negeri 2 Amerthabuana ini aura positif mulai terasa dalam kehidupannya, perekonomian keluarganya mulai membaik dan kedamaian pun mulai terasa menyelimuti keluarganya.
 
"Mungkin semuanya adalah cobaan yang memang harus dilalui, sekarang saya siap untuk ngayah dan rasanya damai dan tenang dalam hati," kata Jero Mangku Ketut Merta usai menjalani prosesi Pawintenan Pemangku yang dipuput oleh Ida Pedanda Istri Rai Anom Oka Keniten dari Geria Sanur.
 
Upacara pawintenan Pemangku ini sendiri disaksikan oleh puluhan krame Dadya Tangkas Kori Agung beserta sejumlah undangan dan tokoh masyarakat Desa Adat Duda. (bbn/igs/rob)

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami