search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Masjid Assyuhada, Bukti Kehidupan Multikultur di Pulau Serangan
Selasa, 28 Mei 2019, 06:20 WITA Follow
image

beritabali.com/gomuslim.co.id

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Keberadaan Masjid Assyuhada menjadi bukti kehidupan multikultur di Pulau Serangan, Denpasar. Pendirian Masjid Assyuhada ini sangat erat kaitannya dengan keberadaan etnis Bugis di Pulau Serangan. Orang-orang Bugis yang berada di Serangan pada abad ke-17 merupakan pendiri dari masjid ini. Begitu pula pendirian Masjid Assyuhada memiliki kaitan dengan Kerajaan Pemecutan Badung.

[pilihan-redaksi]

Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Masjid Assyuhada Sebagai Media Pendidikan Multikultur di Kampung Bugis, Pulau Serangan, Denpasar, Bali” yang dipublikasikan dalam Jurnal Pendidikan Sejarah (Widya Winayata), Volume 8, Nomor 2 Tahun 2017. Artikel tersebut ditulis oleh Cahyo Bintoro, Dr. Tuty Maryati,M.Pd  dan Ketut Sedana Arta,S.Pd,M.Pd dari Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja,Indonesia.

Cahyo Bintoro dan kawan-kawan menuliskan Masjid Assyuhada memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Pemecutan, dikeranakan adanya pelarian orang-orang Bugis dari Makassar yang tidak suka dengan pemerintah Belanda, sehingga sampailah mereka di daerah Serangan yang ketika itu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Pemucutan. Orang Bugis ini banyak membantu Kerajaan Pemecutan dalam mengadapi musuhnya. Sebagai penghargaan karena sudah membantu, mereka dihadiahkan sebuah Masjid yang bernama Masjid Assyuahada dan sebuah mimbar dengan ornamen ukiran Bali.

[pilihan-redaksi]

Hubungan orang-orang Bugis Pulau Serangan terjalin baik dengan Kerajaan Pemecutan. Ketika orang-orang Bugis menetap di wilayah ini mereka berkeinginan untuk membangun tempat beribadah. Kemudian Syeikh Haji Mu meminta izin kepada Raja Kerajaan Pemecutan untuk membangun musholla sebagai tempat beribadah. Raja Pemecutan memberi izin dan menyarankan untuk membangun tempat ibadah yang lebih besar yaitu Masjid agar kelak dapat digunakan untuk generasi berikutnya. Sehingga dibangunlah Masjid Assyuhada.

Masjid Assyuhada yang terletak di Kampung Bugis, memiliki luas bangunan 578 m2 dan memiliki struktur bangunan yang berbeda dari masjid pada umumnya. Secara umum masjid yang ada di Bali menggunakan kubah yang berukuran besar, berbeda halnya dengan Masjid Assyuhada yang menggunakan kubah berukuran kecil. Atap Masjid Assyuhada berbeda dengan atap Masjid lainya. Kebanyakan Masjid- masjid yang berada di Indonesia menggunakan susunan Kubah. Sedangkan atap Masjid Assyuhada bertumpang seperti bangunan Hindu seperti Meru.[bbn/ Widya Winayata/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami