search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Desa Adat Kerobokan Gelar Upacara Yadnya Penyucian Wilayah
Kamis, 20 Juni 2019, 08:45 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Beritabali.com, Badung. Desa Adat Kerobokan, Kabupaten Badung, menggelar Karya Upacara Yadnya Pemelaspasan Agung, Nyusun, Pedagingan, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung Menawa Ratna, Tawur Balik Sumpah Utama, Segara Kerthi, Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini mulai 19 Juni hingga berakhir pada 6 Agustus.
 
[pilihan-redaksi]
Untuk melaksanakan upacara penyucian wilayah desa yang tergolong besar ini, pihak Desa Adat Kerobokan menganggarkan dana sebesar Rp 6 Miliar.
 
Hal ini disampaikan Manggala Karya atau Ketua Panitia kegiatan Anak Agung Ngurah Gde Sujaya dan Bendesa adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja, didampingi penyarikan dan pemangku pura, usai acara Matur Piuning di Pura Desa dan Puseh Desa Adat Kerobokan Kuta Utara Badung, Rabu (19/6/2019).
 
"Upacara ini sudah lama direncanakan, sudah dirancang, namun baru tahun 2019 bisa dilaksanakan. Tujuan upacara ini adalah untuk menyucikan tempat, karena pura (desa) ini sebelumnya dipugar karena perbaikan, bahan-bahan yang belum suci dalam upacara ini disucikan. Setelah selesai kemudian dilakukan upacara "pemelaspasan" dan kemudian di"stanakan" Bhatara Desa dan Puseh. Upacara sudah dimulai 19 Juni dengan upacara "matur piuning" dan "pewintenan" panitia karya," jelas Sujaya.
 
Menurut Sujaya, puncak upacara ini pada 29 Juli 2019, dimana sebelumnya akan diawali dengan beberapa rangkaian upacara seperti Melasti dan  upacara Pakelem di Segara Petitenget, Mendak Agung, Tawur, dan berbagai rangkaian upacara lainnya. Upacara akan "Nyineb" atau berakhir pada 6 Agustus 2019.
 
Upacara yadnya ini, kata Sujaya, untuk mengingatkan kembali tanggung jawab umat sedharma khususnya di wilayah Desa Kerobokan, bahwa Buana Agung atau makrokosmos yang telah tercipta merupakan satu-satunya tempat kehidupan untuk hidupnya umat manusia dan mahluk hidup lainnya. Jagat raya alam semesta hendaknya tetap dipelihara, dilestarikan, dan tidak dirusak baik secara langsung maupun tidak langsung.
 
"Upacara ini untuk penyucian seluruh wilayah Desa Adat Kerobokan baik Buana Agung dan Alit, manusia dan alam menyatu sehingga terwujud keharmonisan. Lewat upacara ini kita berupaya menyadarkan masyarakat agar selalu memelihara alam agar tetap lestari, termasuk menjaga sumber air, agar manusia bisa aman dan nyaman hidup di dunia ini. Itu tema sentralnya," jelasnya.
 
[pilihan-redaksi2]
Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja menambahkan,  upacara ini merupakan momentum yang sangat besar bagi krama masyarakat Kerobokan untuk "ngayah" di Bhatara Kahyangan Tiga. 
 
Upacara Yadnya ini, Kata Sutarja, untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat di Desa Adat Kerobokan agar selalu eling atau ingat akan tugas, kewajiban terhadap Sang Pencipta Alam Semesta dengan segala isinya, membina hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan harmonis manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan lingkungan.
 
"Upacara ini akan dipimpin oleh 16 orang sulinggih Siwa, Budha, dan Bujangga. Harapan kita masyarakat Kerobokan agar ikut serta di dalamnya "menanam benih". Ngusaba desa ini juga untuk mengajak masyarakat supaya ikut serta menjaga "Tri Hita Karana" yang diwariskan leluhur kita," ujarnya. [bbn/rls/psk]

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami