Setiap Pis Bolong Mengandung Doa dan Permohonan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. Setiap pis bolong atau uang kepeng kuno yang ada di Bali mengandung doa dan permohonan. Doa dan permohonan tersebut tertulis dengan jelas dan dapat dilihat pada setiap lempeng uang kepeng.
[pilihan-redaksi]
“Selama ini uang kepeng hanya dikenal sebagai sarana upacara, belum lagi karena ketidak tahuan masyarakat akan makna tulisan yang ada dalam uang kepeng” kata kolektor uang kepeng Dewa Nyoman Putra Hartawan saat ditemui di arena Pesta Kesenian Bali, Taman Budaya Denpasar pada Kamis (20/6).
Menurut pria berusia 48 tahun tersebut, tulisan yang ada dalam uang kepeng menunjukkan doa dan permohonan yang hendak disampaikan kepada tuhan, sesuai dengan kata yang tertulis diatasnya. Contohnya uang kepeng keberuntungan untuk memohon keberuntungan, uang kepeng kedamaian untuk memohon kedamaian dan uang kepeng kesuksesan untuk memohon kesuksesan.
“Sementara upacara dan nyadnya kan sarana permohonan kepada Tuhan, disamping banten yang merupakan sarana upacara. Uang kepeng yang mengandung doa dan permohonan ikut juga mengantarkan apa yang kita mohonkan” ujar pria asal Peliatan tersebut.
Hartawan yang juga merupakan pengajar mata kuliah Arkeologi Numismatik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana tersebut menuturkan bahwa apabila dilihat dari tempatnya uang kepeng sebagai sesari, maka tempatnya paling atas. Sehingga karena mengandung doa dan permohonan inilah uang kepeng menjadi sesuatu yang inti dalam upacara yang dilakukan.
Hartawan menjelaskan penggunaan uang kepeng untuk pelengkap upacara lebih karena adanya rujukan dari beberapa lontar. Dimana saat melakukan upacara tertentu pasti referensinya lontar dan dalam lontar disebutkan jinah, kata jinah yang dimaksud sudah pasti uang kepeng.
Hartawan mengungkapkan uang kepeng sebenarnya dapat diganti dengan yang yang beredar saat ini, seperti rupiah. “Contohnya dalam lontar disebutkan menggunakan uang delapan keteng yang bisa kita terjemahkan 8 ribu, sebelas keteng bisa kita terjemahkan sebelas ribu , daripada kita menggunakan benda yang bukan uang padahal dalam lontar menggunakan kata uang atau jinah” jelas Hartawan.
Hartawan menambahkan sebelum adanya uang kepeng untuk kelengkapan upacara menggunakan uang yang berlaku saat itu. Uang yang beredar sebelum adanya uang kepeng umumnya menggunakan bahan dari emas dan perak.
Dalam sebuah artikel berjudul “Uang Kepeng Sepanjang Masa: Perspektif Arkeologi Dan Ekonomi Kreatif Di Provinsi Bali” yang ditulis oleh Ni Komang Ayu Astiti dan dipublikasikan dalam Forum Arkeologi, Volume 27, Nomor 1 tahun 2014 diungkapkan bahwa Pis bolong atau uang kepeng telah digunakan sebagai alat pembayaran di Bali sejak abad ke-10 Masehi. Data ini diperkuat dengan adanya temuan uang kepeng pada situs-situs arkeologi di seluruh Nusantara, khususnya situs-situs arkeologi Bali terutama pada situs-situs pemujaan atau bangunan-bangunan suci.
Berdasarkan mitos, uang kepeng dibawa ke Bali abad ke-11 Masehi oleh Tang Ci Keng seorang putri Cina dari Dinasti Song yang menikah dengan Raja Bali Sri Jaya Pangus. Namun kenyataannya di Bali banyak ditemukan uang kepeng yang berasal dari sebelum abad ke-11 Masehi. Hal ini menunjukan sudah ada kontak atau hubungan dengan Cina yang diperkirakan melalui jalur perdagangan. Menurut berita dari Dinasti Tang, pada abad ke-7 Masehi di Bali telah beredar uang kepeng Cina yang diduga pada awalnya sebagai alat tukar.
Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh Tim peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar diketahui bahwa uang kepeng tersebut sebagian besar berasal dari Cina dari periode yang berbeda. Uang kepeng berasal dari Dinasti Tang abad ke-8 sampai 10 Masehi, Dinasti Ming abad ke-13 sampai 14 Masehi, dan Dinasti Qing abad ke-17 sampai 20 Masehi.
Uang kepeng yang paling banyak ditemukan di Bali adalah produk Cina lebih dikenal dengan nama pis bolong Cina yang dapat dikenali dari huruf yang tercetak pada kedua permukaannya. Kepeng Cina berisi huruf kanji pada kedua bagian permukaannya atau jou, permukaan atas disebut mien atau sleh maupun pada permukaan bawah yang disebut pei atau trep. Lubang atau hao berbentuk persegi. Pada bagian muka tertulis informasi tentang gelar kaisar Cina yang sedang memerintah.
Uang kepeng yang beredar di Bali terus mengalami perkembangan, sehingga dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, uang kepeng asli Cina, Jepang, dan Vietnam yang berisi tulisan huruf kanji. Kedua, uang kepeng lokal Nusantara yang berhuruf Jawa Kuno, berhuruf Arab, dan berhiaskan bentuk wayang atau flora lokal. Ketiga, uang kepeng masa kini atau tiruan.[bbn/mul]
Reporter: bbn/mul