search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Penggunaan Dana Desa Belum Berperspektif Gender
Jumat, 16 Agustus 2019, 14:55 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Badung. Penggunaan dana desa dalam pelaksanaannya belum berperspektif gender. Dampaknya pembangunan desa belum dapat dilakukan secara optimal dan belum melibatkan peran seluruh warga desa. 
 
[pilihan-redaksi]
Hal ini salah satunya diakui oleh Bendahara PKK Desa Geluntung, Tabanan, Si Luh Made Sukarini. "Dari saya terjun dan menggali usulan ibu-ibu lansia, dia ingin ada pelatihan, bukan hanya senam, fisik saja, tetapi juga ingin ada kegiatan seperti membikin kue dan ingin diikutsertakan dalam musyawarah desa," kata Sukarini saat dikonfirmasi di sela-sela pelatihan perspektif gender dalam jurnalisme di Badung pada Jumat (16/8).
 
Berdasarkan pengamatan Sukarini rata rata dana desa yang dialokasikan bagi pemberdayaan perempuan masih kurang dari 10%. Dimana tahun ini Desa Geluntung mendapatkan alokasi dana desa mencapai Rp. 900 juta dan telah digunakan sebesar Rp. 700 juta. Dana yang telah digunakan sebagian besar masih dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur. 
 
"Karena kita ini desa baru, baru mekar dari Desa Petiga, kita di pembangunan fisik saja dulu, nanti baru ke pemberdayaan masyarakat, begitu katanya," tutur Sukarini.
 
Permasalahan lain yang belum terangkat di desa adalah penanganan disabilitas. Kondisi ini menjadi bukti pentingnya pembangunan desa berperspektif gender.
 
 Aktivitas Perlindungan Anak Terpadu berbasis masyarakat, Desa Dauh Peken, Tabanan, Louis Virgoana menyampaikan  masalah disabilitas di desa seakan tidak tersentuh. Padahal setelah didampingi penyandang disabilitas ternyata mampu produktif.
 
"Tidak ada perhatian karena selama ini tidak mengganggu. Padahal memiliki kemampuan membuat anyaman bambu. Selama ini tidak ada yang menyuarakan dan desa juga adem ayem dan ternyata ada potensi disana," ujar Louis.
 
Pembangunan dan penggunaan dana desa selama ini belum berperspektif gender karena perempuan belum diberikan peluang bicara. Keputusan dan pengambilan kebijakan di desa juga selama ini lebih banyak di dominasi laki-laki, seperti disampaikan aktivis dari Manikaya Kauci, Indrawati Zeimbe.
 
"Saya awalnya berpikir perempuan malas bicara,  tapi sebenarnya kalau di kasi peluang, saya melihat hal yang berbeda, mereka cukup berbicara, ibu-ibu itu berani bicara," jelas Zeim.
 
[pilihan-redaksi2]
Koordinator Program Search Common Ground, Bharul Wijaksana menyebutkan alokasi dana desa mencapai 10% sebetulnya relatif baik. Walaupun harus diakui desa memiliki banyak prioritas dalam melakukan pembangunan.
 
"Desa banyak sekali punya prioritas dan salah satu prioritas yang dikembangkan dari pemerintah pusat, yang kadang-kadang pemerintah daerah sendiri hanya tinggal melaksanakannya," ungkap Wijaksana.
 
Wijaksana berharap kedepan penggunaan dana desa kedepan lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk kelompok-kelompok yang dinilai marginal.[bbn/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami