Pancasila Harus Diajarkan dari Pendidikan Usia Dini
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BADUNG.
Deputi Bidang Pengkajian dan Materi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia (BPIP RI), Prof FX Adji Samekto, mengatakan bahwa pendidikan Pancasila itu untuk mengembalikan peran Pancasila dalam pembangunan Indonesia.
[pilihan-redaksi]
Tidak hanya moralitas tapi pembangunan secara konkret. Kondisi saat ini juga, melihat generasi muda khususnya generasi z yang cenderung apatis. Maka Pancasila itu harus didapat dari pendidikan terkecil (paud) dan TK.
“Ini soal terkait aspek mengembalikan lagi peran Pancasila dalam pembangunan Indonesia tidak hanya pembangunan moralitas tapi juga pembangunan secara konkret. Pancasila itu juga harus dikonkretkan, bukan gotong royong arti kecil saja, tapi lebih besar dari itu. Dalam konteks ini Pancasilanomics membawa Pancasila dalam modernitas. Oleh karena itu memang perlu mengingatkan kembali peran Pancasila. Karena tidak bisa tidak karena selama ini agak ditinggalkan gitu, apalagi dengan muncul generasi ada the vacum of ideologies after 1999 itu, itu intinya,” jelasnya.
Hal itu dikatakannya saat BPIP Republik Indonesia menyelenggarakan Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) sinkronisasi dan akseptasi Buku Pancasila; Dialektika dan Masa Depan Bangsa di Jimbaran dari tanggal 7- 9 November.
Hadir dalam acara itu narasumber yang berkompeten memberikan masukan, seperti Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) RI, Arif Budimanta, dan Prof Amin Abdullah, Guru Besar Ilmu Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta dan banyak lagi.
Target penyelesaian buku historisitas Pancasila ini Desember awal mendatang. Setelah buku ini diterbitkan, akan ada lagi buku-buku lanjutan mengenai Pancasila yang akan dikeluarkan BPIP. Seperti aspek ekonomi, kemudian buku untuk lembaga pendidikan dari Paud sampai perguruan tinggi yang bersinergi dengan beberapa kementerian seperti Agama dan Kemenristek. Bahkan, BPIP berencana menerbitkan buku tentang Pancasila untuk generasi milenial.
“Mungkin untuk generasi milenial akan buat. Ya pasti sekarang disusun oleh diklat. Itu standarisasi saya materi pancasila SD perguruan tinggi dari paud ada juga untuk ASN. Desember ini harus jadi. Ya begitu pengennya,” tuturnya.
Lebih lanjut dijelaskan, menurutnya euphoria pada Pasca-orde baru Pancasila hilang karena dipandang sebagai alat politik. Padahal ternyata bukan. Sehingga baginya, urgen penerbitan buku ini.
”Anak-anak sekarang lupa what is The Pancasila? Ya betul marak radikalisme. Pembicaraannya soal bagaimana kondisi keterpaparan sudah mulai ada ASN dan TNI, karena karena ada kevakuman pada waktu itu,” pungkasnya.
Negara yang besar dan maju karena berpedoman pada ideologi. Seperti Jerman, Korea dan Jepang. Di Indonesia juga demikian, sayangnya saat pemilu kemarin, Indonesia seperti terbelah dan adanya terpapar paham radikalisme atau anti-Pancasila.
Reporter: bbn/rls