GUPBI Bali: Babi yang Mati Sudah Ribuan, Gubernur Harus Turun Tangan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Propinsi Bali mengatakan, data jumlah babi yang mati versi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali tidak sesuai dengan fakta di lapangan. GUPBI Bali menyebut jumlah babi yang mati di Bali saat ini sudah mencapai ribuan. Gubernur diminta turun tangan untuk membantu para peternak babi yang ada di Bali.
"Pemerintah sebut jumlah babi yang mati mencapai 898 ekor, tapi faktanya di lapangan sudah lebih dari itu, bisa di atas seribu ekor, dua ribu ekor, lima ribu, atau lebih, kita tidak pernah tahu angka pastinya (babi yang mati), karena peternak kecil di Bali jarang yang melaporkan kematian babinya,"ujar Ketut Hari Suyasa, Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia Propinsi Bali, di Denpasar (21/2/2020).
Terkait tindakan peternak yang membuang bangkai babi ke sungai, Ketut Hari menyebut itu sebagai bentuk rasa frustasi peternak. Selain frustasi karena banyak babinya yang mati, biaya penguburan seekor babi yang mati juga mahal.
"Biaya penguburan seekor babi yang mati mahal mencapai Rp 400 ribu per ekor. Rp 200 ribu untuk membuat lubang yang cukup dalam dan Rp 200 ribu biaya untuk mengangkut babi yang mati ke lokasi penguburan. Jadi biayanya yang dibutuhkan tidak murah. Peternak yang sudah rugi kemudian memilih untuk membuang bangkai babi ke sungai,"ujarnya.
Dengan adanya wabah kematian babi yang cukup banyak ini, kata Ketut Hari, sudah saatnya Pemerintah Propinsi Bali untuk turun tangan membantu para peternak babi, terutama dalam hal penguburan babi yang mati.
"Gubernur Bali menurut saya sudah harus turun tangan membantu peternak. Bisa dengan membantu peternak untuk biaya penguburan babi yang mati. Hal ini sudah dilakukan oleh pihak pemerintah Kota Denpasar yang membantu peternak mengubur babi babi yang mati,"ujarnya.
Sementara itu Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali meminta kepada para peternak agar berhenti membuang babi yang mati ke sungai atau pantai. Tindakan ini akan membuat wabah kematian babi semakin menyebar ke wilayah lain.
"Tindakan membuang bangkai babi sembarangan seperti ke sungai akan membuat virus penyebab kematian babi semakin menyebar ke wilayah lain. Peternak agar segera mengubur babi yang mati atau membakarnya jika memungkinkan,"ujar I Ketut Gede Nata Kesuma, Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, di Denpasar (21/2/2020).
Terkait jumlah babi yang mati, pihaknya menyebut hingga kini jumlah babi yang mati di Bali mendekati angka seribu ekor tepatnya 955 ekor tersebar di empat kabupaten, dimana angka kematian babi tertinggi terjadi di wilayah kabupaten Badung.
Reporter: bbn/tim