Dari Kreative Talk 4.0: Berani Berkolaborasi Tanpa Tinggalkan Identitas
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Acara 'Weekend' di Dharma Negara Alaya kembali diisi dengan kegiatan Talkshow yang membahas Creative Talk 4.0 diselenggarakan dinas pariwisata dan Badan Kreatif Denpasar menghadirkan empat sosok anak muda kreatif Denpasar.
[pilihan-redaksi]
Mamar Herayukti, Kedux, Duwi Arsana, dan Arya Brata dengan moderator Juniarta berlangsung Sabtu (7/3) di ruang Teater Taksu Dharma Negara Alaya. Ratusan anak muda dari akademisi, mahasiswa, seniman, dan sekaa teruna hadir membahas kreatifitas dan tantangan dalam industri 4.0 yang dibuka Kadis Pariwisata Denpasar Dezire Mulyani didampingi Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Denpasar, I Wayan Hendaryana.
Kadis Pariwisata, Dezire Mulyani membacakan sambutan Walikota Denpasar mengatakan Bali khususnya Denpasar memikiki potensi besar di era ini. Sehingga Pemkot Denpasar sangat fokus pada ekonomi kreatif mendukung aktifitas generasi muda. Banyak ruang pubkik dapat dimanfaatkan pemuda Denpasar seperti Youth Park, Skate Park hingga Dharma Negara Alaya.
Generasi muda Denpasar yang berada di setiap lingkungan banjar telah mampu berbicara di tingkat nasional dan internasional. seperti pemuda Banjar Gemeh dan Banjar Tainsiat mampu menciptakan komunitas kreatif serta telah memberikan dampak pada peningkatan kreatifitas anak muda yang ada.
Pembahasan awal Marmar Herayukti selaku seniman ogoh-ogoh dari Banjar Gemeh Denpasar menyampaikan bahwa pada era industri 4.0 mampu membawa hal kreatif pada setiap bidang yang digeluti serta memberikan dampak perekonomian. Seperti pada kreatifitas ogoh-ogoh yang mampu memberikan dampak perekonomian.
Terlebih saat ini merebaknya penyebaran coronavirus disease (COVID-19) dan Bali memiliki potensi lokal melalui berkesenian terus dibangun bersama berkolaborasi kreatif sehingga tidak tergantungan kepada orang lain. Seperti halnya perkembangan dalam pembuatan ogoh-ogoh terus mengalami perubahan hingga masuk pada penggunaan stayrofoam yang sangat mempengaruhi kesehatan kita.
Dari tantangan ini kami bersama sekaa teruna mencoba kembali pada kearifan lokal yakni ulat-ulatan serta diterima kembali dan sudah menjadi sebuah industri kreatif. Dampak ini pula berpengaruh pada penggiat ulat-ulatan mulai kembali bergairah serta para penggiat seni Bali menampilkan ulat-ulatan diterima dengan baik khalayak banyak.
Kedux mengaku tantangan ada di sekitar lingkungan kita sendiri. Kreatif melihat tantangan ini dan mencurahkan pada setiap ide yang ada dengan keterlibatan tim untuk berkolaborasi. Kreatif menurut Kedux dibagi menjadi tiga yakni kreatif murni, adopsi dan modifikasi. Pada tataran ketiga hal tersebut tidak terlepas dari pada manejemen mulai dari waktu, kerja, SDM, dan keuangan.
Disamping itu juga tidak terlepas dari sistem informasi dan koordinasi. Berkolaborasi kreatif melihat peluang dan tantangan serta jangan meninggalkan identitas budaya kita sebagai generasi muda.
“Semua ide, kreatifitas serta berkolaborasi dalam satu balutan sistem menejemen ini mampu memberikan imbas pada sebuah kebahagiaan kita bersama untuk terus berkreatifitas,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Arya Brata dan Duwi Arsana mengaku setiap kreatifitas yang dihasilkan dari karya-karyanya selama ini tidak jauh dari tantangan sehari-hari yang ingin memudahkannya disetiap aktifitas. Menggali dan mengasah kreatifitasnya juga tidak terlepas dari kolaborasi dan ide dari pergaulan sehari-hari.
“Bentuk kebersamaan terus memacu diri dalam kreatifitas dan menggali mampu memberikan dampak positif dalam sebuah karya,” ujarnya.
Reporter: Humas Denpasar