search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Musim Kemarau Tak Pengaruhi Penyebaran Covid-19, BMKG: Tetap Patuhi Jaga Jarak
Rabu, 8 April 2020, 11:25 WITA Follow
image

bbn/antara

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan musim kemarau tidak akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan penyebaran wabah Covid-19. 

[pilihan-redaksi]
Sehingga iklim tropis seperti Indonesia pada saat kemarau tidak dapat melemahkan atau menurunkan penyebaran Virus Corona jenis baru, penyebab Coronavirus Disease atau Covid-19.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam diskusi daring yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta bertajuk "Benarkah Iklim Berpengaruh pada Penyebaran Covid-19" menyatakan bahwa meski di musim kemarau, orang harus tetap mematuhi physical distancing atau jaga jarak.

"Dalam surat rekomendasi yang telah kami sampaikan kepada Presiden pun ditekankan bahwa harus tetap dilakukan physical distancing, karena inilah yang bisa membuat pengurangan wabah Covid-19 berhasil," kata Dwikorita Karnawati, Selasa (7/4/2020) malam.

Ia menyarankan bahwa di musim kemarau, bagus dimanfaatkan dengan menjaga lebih ketat pergerakan orang. Karena transmisi Virus Corona saat ini paling besar melalui manusia.

"Membatasi jarak dan intervensi kesehatan masyarakat, agar pengaruh temperatur suhu udara terhadap penyebaran Covid-19 menjadi lebih efektif (mengadang). Jadi demikian poinnya," tandasnya.

Dwikorita Karnawati menjelaskan, berdasarkan kajian dari beberapa penelitian sebelumnya menyebut bahwa lingkungan suhu udara tinggi dan kelembapan tinggi membuat Virus Corona menjadi tak stabil. Namun yang mengontrol penyebaran wabah tidak hanya faktor suhu dan kelembapan udara, akan tetapi faktor demografi, mobilitas orang, dan interaksi sosial serta intervensi kesehatan masyarakat.

"Jadi apabila upaya pembatasan sosial diterapkan dengan ketat dan efektif, diperkirakan datangnya musim kemarau bisa mendukung upaya mitigasi wabah ini," lanjutnya.

Ia juga menyampaikan alasan penggunaan beberapa literatur yang berstatus belum final atau peer-reviewed dalam kajian BMKG yang berjudul "Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19".

Dwikorita Karnawati berdalih, dalam kondisi darurat Covid-19 pihaknya tidak mungkin sepenuhnya menggunakan literatur yang berstatus peer-reviewed.

Dalam kajian, pihaknya juga menggunakan literatur yang telah berstatus peer-reviewed pada 2011 terkait wabah SARS Covid yang terjadi sebelumnya. Dalam literatur penelitian itu disebutkan, bahwa penyebaran virus dikontrol oleh lintang tinggi atau suhu yang rendah dan kelembapan yang rendah.

Sementara itu, Dwikorita Karnawati mengemukakan bahwa sebagian besar literatur yang dikumpulkan dalam kajian BMKG berjudul "Pengaruh Cuaca dan Iklim Terhadap Penyebaran Covid-19" itu adalah hasil kajian baru antara Januari hingga Maret 2020.

Literatur ini pun telah dimasukkan untuk dilakukan review agar berstatus peer-reviewed. Hanya, menurut Dwikorita Karnawati, pihaknya tidak mungkin menunggu beberapa literatur hingga berstatus peer-reviewed di dalam kondisi darurat lantaran bisa memakan waktu lama.

"Jadi sangat tidak mungkin kalau dalam kondisi darurat, emergensi, kita harus menunggu tiga bulan enam bulan lagi. Saat ini adalah kondisinya darurat," pungkas Dwikorita Karnawati.

Sumber: Suara.com

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami