search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Minim Kunjungan, Puluhan Kios di Tanah Lot Tutup
Jumat, 16 Oktober 2020, 23:35 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Belum dibukanya penerbangan internasional di Bandara Internasional Ngurah Rai berdampak langsung pada kunjungan ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) Tanah Lot. Puluhan kios penjual suvenir masih memilih tutup. Kendati sudah ada kunjungan wisatawan lokal.  

Seperti diakui seorang pedagang, Nyoman Sutama asal Desa Beraban, Kecamatan Kediri, ia bersama istrinya dalam seminggu hanya buka kios dua hingga tiga kali. Terutama saat akhir minggu dimana kunjungan lebih banyak.

“Tamu tidak tentu, jika sebelum Covid akhir pekan selalu ramai, sekarang sepi, bahkan terkadang meski sudah buka dari siang sampai sore, tidak dapat untung,” ujarnya. 

Kondisi ini dirasa akan cukup panjang untuk pemulihan ekonomi, mengingat Covid-19 merupakan wabah yang mendunia, berbeda dengan pasca-bom Bali yang tingkatnya kejadian lokal tidak berdampak signifikan pada pariwisata.

Seperti diketahui, meski sektor pariwisata sudah mulai dibuka untuk wisawatan lokal sejak bulan Juli 2020, namun denyut perekonomian khususnya di obyek wisata belum sepenuhnya pulih. Ini dikarenakan tingkat kunjungan wisatawan masih belum sepenuhnya pulih akibat dampak mewabahnya pandemi Covid-19

Berbagai sektor yang menggantungkan diri di pariwisata menjadi tidak berdaya. Salah satunya yang cukup dirasakan dampaknya oleh sekitar 650 pedagang baik kios dan los yang ada di seputaran DTW Tanah Lot. Masyarakat kemungkinan lebih banyak memilih berdiam diri di rumah. 

Kepala Divisi Pasar DTW Tanah Lot Made Adhi Susila mengatakan, sejak DTW dibuka Juli memang tidak banyak pedagang yang kembali beraktivitas mengingat kunjungan juga belum pulih seperti sebelum Covid.

“Rata-rata hanya 2 persen yang buka, itupun sifatnya datang sebentar untuk sekedar bersih-bersih, mebanten dan mengecek makanan kadaluarsa kalau untuk pedagang makanan minuman, apalagi daya beli masyarakat memang sedang lesu,” ucapnya.

Dan kondisi ini diakuinya menyebabkan sejumlah pemilik kios yang putus kontrak. Serta ada pula pedagang khususnya yang los makanan dan minuman lebih memilih berjualan di rumah atau lokasi lain untuk tetap mendapatkan pembeli.

Reporter: bbn/tab



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami