search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
4 Skor Ereksi pada Pria, Poin 1 Kerap Gagal Penetrasi
Minggu, 1 November 2020, 13:00 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/net

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Tanya: “Pak Dokter, langsung saja ya, di awal pandemi, saat masih di rumah saja, saya dan istri sangat menikmati waktu-waktu kami bersama. Karena kebetulan memang kami masih baru menikah saat itu dan tinggal hanya berdua saja. 

Tiga atau empat bulan pertama itu, saat bercinta selalu memuaskan dan kita nikmati bersama. Tetapi hampir tiga bulan terakhir ini, rasanya saya kok mengalami kelemahan pada ereksi. Saya dan istri sering merasakan ereksi saya tidak sebaik yang lalu. 

Istri jadi sering merasa kecewa juga. Apakah ada cara awal mengetahuinya lebih dini tanpa saya periksa ke dokter ya Dok?. Sekian, mohon penjelasannya, dok. “ (Ngurah, 28, Denpasar)

Jawab: Disfungsi ereksi adalah kondisi saat laki-laki tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang optimal untuk mencapai kepuasan seksual dalam hubungan seksual. Sebenarnya hampir 25 persen laki-laki di Indonesia memiliki gangguan ereksi dengan keluhan tidak merasakan lagi kekerasan ereksi yang optimal. 

Memang akhirnya ini akan dapat membawa akibat cukup serius dalam kepuasan seksual pasangan yang akhirnya mengganggu keharmonisan rumah tangga serta aktivitas sehari-hari juga. 

Untuk melakukan deteksi dini atau lebih awal, memang bisa dilakukan di rumah, tanpa perlu ke dokter dulu dengan sebuah cara sederhana yang bisa dilakukan buat mencari tahun apakah sudah terjadi gangguan ereksi. Bahkan memungkinkan juga untuk memperkirakan yang dialami itu termasuk gangguan ereksi yang ringan, sedang, atau berat.  

Cara sederhana untuk mengukur kekerasan ereksi penis ini disebut Erection Hardness Score (EHS). EHS ini mengelompokkan kekerasan ereksi dalam empat skor atau nilai. Bisa disimak keempat skor tersebut dari yang paling tinggi, sekalian membandingkan dengan kondisi ereksi masing-masing: 

Skor 4 : Saat ereksi, penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya, diibaratkan seperti buah ketimun. Ereksi terasa optimal dan saat penetrasi akan terasa maksimal sehingga hubungan seksual terasa memuaskan.

Skor 3 : Penis cukup keras untuk penetrasi namun tidak benar-benar keras, teraba seperti sosis. Walaupun masih bisa melakukan hubungan seks, ereksi yang dirasakan tetap tidak optimal. Sering kali disfungsi ereksi di skala ringan ini belum disadari laki-laki, tetapi pasangan sudah merasakan ada berkurang kekerasannya. 

Skor 2 : Penis saat terangsang bisa mengeras namun tidak cukup keras untuk penetrasi dalam hubungan seksual, kalau diraba atau dipencet terasa seperti pisang yang sudah dibuka kulit buahnya. Disfungsi ereksi skala ini terbilang moderat, penis membesar namun tidak cukup keras. Pasangan mulai merasa tidak puas karena saat penetrasi tidak lagi terasa menyenangkan.

Skor 1 : Saat ereksi, penis sedikit membesar namun tidak mengeras, kalau diraba atau dipencet terasa serupa tape singkong. Disfungsi ereksi dalam skala ini termasuk gangguan ereksi derajat berat. Seringkali tidak sampai bisa penetrasi.

Jadi, jika skornya adalah 4, maka tidak ada masalah dengan ereksi. Jika dirasa mulai kurang keras, bisa jadi skornya adalah 2-3 dan mulai dirasakan hubungan seksual kurang memuaskan. Jika skornya 1, bisa dipastikan hubungan seksual gagal terjadi. Sesungguhnya jika dirasakan ereksi mulai terganggu, mulai skor 3 jika sudah disadari, semakin awal berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan, maka kepulihan akan semakin baik.

Berikutnya memperhatikan apa yang menjadi penyebab gangguan seksual, dalam hal ini gangguan ereksi. Walaupun merasa sehat dan masih muda, jangan-jangan selama pandemi masih berlangsung, telah terjadi permasalahan psikis juga yang tanpa disadari mempengaruhi juga kesehatan seksualnya. 

Bisa jadi tekanan ekonomi, permasalahan dengan istri, dan sumber ketegangan psikis lain. Atau memang mungkin juga ada penyebab fisik antara lain: 1) kelelahan, yang bisa menyebabkan aliran darah terganggu, 2) penyakit, misalnya kencing manis dan kolesterol tinggi, 3) merokok, di mana nikotin yang terserap oleh darah akan dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah, penyumbatan pembuluh darah, termasuk penyumbatan pembuluh darah dalam penis, 4) mengonsumsi obatan-obatan tertentu juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi, demikian pula kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. 

Satu lagi yang bisa jadi penyebab adalah penurunan level hormon seksual, dalam hal ini adalah hormon testosteron. Kadar hormon testosteron menurun akan muncul keluhan yang dapat menurunkan kualitas hidup seseorang juga secara umum. Yang kemudian sering dikeluhkan adalah fungsi seksual yang menurun sehingga dorongan seksual menjadi terganggu, tidak maksimalnya ereksi dan tidak merasakan orgasme yang baik lagi. Menurunnya hormone testosteron yang sering dihubungkan dengan penuaan, sebenarnya juga sudah bisa terjadi di usia yang lebih muda. 

Kemudian, jika sudah mulai mengalami gangguan ereksi, prinsip utamanya sebenarnya adalah semakin awal dikonsultasikan dan dicari penyebabnya maka akan menjadi semakin lebih cepat sembuh. Menentukan jenis penyebabnya adalah hal yang paling penting dilakukan, dengan berkonsultasi ke dokter yang paham kesehatan seksual, untuk selanjutnya ditentukan terapinya. 

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami