search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Memburu Cacing Laut Jelmaan Putri Mandalika di Lombok
Kamis, 4 Maret 2021, 23:50 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Bau (mencari) Nyale (cacing laut) merupakan tradisi masyarakat Lombok, khususnya di Lombok Tengah berburu cacing yang diyakini jelmaan dari Putri Mandalika tersebut di laut. 

Tanggal 20 bulan 10 sesuai sangkep Wariga penanggalan Sasak, atau tepatnya tanggal 3-4 bulan Maret ini, tradisi Bau Nyale digelar. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dimana Bau Nyale masuk dalam kalender even Pariwisata Nasional. Bau Nyale tahun 2021 ini hanya berlaku untuk warga lokal karena efek dari pandemi Covid-19.

Di Pantai Pantai Seger di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Desa Kuta, Kecamatan Pujut Lombok Tengah, ribuan orang terjun ke laut untuk menangkap Nyale (Bau Nyale), Kamis (4/3).

Warga turun menangkap nyale yang dipercaya masyarakat setempat merupakan jelmaan Putri Mandalika itu sambil membawa ember, senter dan sorok, usai subuh pukul 05.00 WITA sampai matahari terbit. Even Bau Nyale Tahun 2021 itu digelar tanpa adanya kegiatan seremonial dampak Covid-19 seperti tahun sebelumnya. Namun Nyale yang biasa ditangkap tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak tersebut tetap keluar. 

Mantan Kepala Desa Kuta, Lalu Badarudin mengatakan, bahwa Nyale yang keluar tahun ini hampir sama dengan tahun sebelumnya. Begitu juga dengan warga yang menangkap Nyale di Pantai Seger cukup banyak.

“Nyale banyak yang keluar, saya dapat satu ember nangkap sama keluarga tadi pagi. Hari ini lebih banyak yang keluar dari hari kemarin,” ujarnya kepada wartawan.

Turun ke laut bersama keluarga maupun warga lainnya untuk menangkap Nyale, telah menjadi tradisi masyarakat Lombok Tengah khususnya dalam satu kali setahun. Dimana jelmaan Putri Mandalika yang rela mengorbankan diri untuk kepentingan masyarakat banyak tersebut mulai keluar sejak hari Rabu (3/3), hingga Kamis (4/3). 

“Kalau kemarin sedikit yang keluar, namun hari ini cukup banyak,” ujar salah seorang warga lokal Kuta.

Sebelumnya, puncak Bau Nyale tanggal 3 dan 4 Maret 2021 itu ditetapkan berdasarkan hasil sangkap Wariga dari para tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat. 

Diberitakan sebelumnya, Wakil Bupati Loteng, HM Nursiah mengatakan, Bau Nyale yang merupakan tradisi masyarakat sasak khususnya Loteng pada Tahun 2021 dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Sehingga pelaksanaan Bau Nyale itu digelar tanpa adanya kegiatan atau hiburan seperti tahun sebelumnya.

“Jadi Pemerintah Daerah berkewajiban berusaha memaksimalkan pengendalian penyebaran Covid-19,” katanya.

Mantan Sekda Loteng itu menyampaikan, lokasi Bau Nyale cukup banyak, tidak hanya di Pantai Seger, namun lokasi Bau Nyale itu bisa dilakukan di Pantai Selong Belanak, Pantai Lancing, Pantai Mawun, Pantai Mertak, Pantai Senek, Pantai Tanjung An, Pantai Gerupuk dan Pantai Torok Aik Belek.

“Lokasi bau Nyale itu banyak, jadi masyarakat bisa bau Nyale di tempat yang tidak terlalu ramai,” ujanya. “Warga yang bau Nyale harus tetap pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Warga luar Loteng supaya jagan datang Bau Nyale,” pungkasnya.

Terpisah, Kapolres Loteng, AKBP Esty Setyo Nugroho mengatakan, guna mengantisipasi adanya kegiatan yang dapat mengundang kerumunan pada Bau Nyale Tahun ini, pihaknya menurunkan ratusan personil.

“Sebanyak 120 anggota kita turunkan melakukan pengamanan Bau Nyale Tahun ini,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga   melakukan pembatasan bagi warga luar Loteng yang datang bau Nyale. 

“Kalau ada warga Luar Loteng datang Bau Nyale, kita akan suruh balik arah,” tegasnya.

Reporter: bbn/lom



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami