search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Fakta-Fakta Kasus Hepatitis Akut Misterius
Rabu, 11 Mei 2022, 13:00 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Fakta-Fakta Kasus Hepatitis Akut Misterius

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Pandemi Covid-19 masih belum reda, kini dunia dihadapkan dengan temuan virus baru yang menyerang anak-anak. Virus hepatitis akut misterius merebak di sejumlah negara di dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Hingga kini, belum diketahui secara pasti penyebab dari penyakit hepatitis akut misterius. Gejala dari pasien terlapor berupa urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, kulit menguning, dan demam tinggi.

Berikut ini fakta-fakta kasus hepatitis akut misterius yang telah dirangkum.

Enam Anak Meninggal Dunia

Di Indonesia, kasus hepatitis akut misterius menyebabkan enam anak meninggal dunia. Dari keenam kasus tersebut tiga kasus meninggal ditemukan di DKI Jakarta, satu di Tulungagung, satu di Solok, dan yang terakhir ini di Medan.

Tiga kasus kematian di DKI Jakarta dilaporkan dalam kondisi stadium lanjut ketika sampai di Rumah Sakit. Ketiga pasien anak tersebut masing-masing berusia dua tahun, delapan tahun, dan sebelas tahun.

Kasus kematian yang dilaporkan di Kabupaten Tulungagung terjadi pada anak berusia tujuh tahun. Adapun untuk kasus kematian yang dilaporkan di Solok terjadi pada bayi berusia 2 bulan.

Terbaru, kasus kematian yang dilaporkan di Medan, Sumatera Utara terjadi pada anak berusia tujuh tahun. Pasien tersebut sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

15 Anak Terinfeksi Virus Hepatitis Akut Misterius

Sebanyak 15 anak di Indonesia terjangkit virus hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya. Penyebaran virus itu dilaporkan terjadi di sejumlah provinsi Indonesia, mulai dari DKI Jakarta, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, hingga Kepulauan Bangka Belitung (Babel).

Dari belasan kasus tersebut, empat diantaranya sudah dikategorikan menjadi pending klasifikasi lantaran sudah melalui sejumlah pemeriksaan seperti non hepatitis A,B,C,D,E maupun Adenovirus. Membutuhkan waktu hingga dua pekan untuk mengetahui hasil pemeriksaan Hepatitis E dan Adenovirus.

Sementara itu, 11 kasus lainnya masih dilakukan pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui kondisi infeksi.

Gejala Mual, Demam Hingga Kehilangan Kesadaran

Pasien hepatitis akut misterius atau hepatitis mengeluhkan beberapa gejala, antara lain berupa urine berwarna gelap, feses berwarna pucat, kulit menguning, dan gatal.

Ada pula yang mengalami gejala nyeri sendi atau pegal disertai demam tinggi, mual, muntah, atau nyeri perut. Pasien pun kehilangan nafsu makan, lesu, diare disertai kejang.

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso pun menekankan pentingnya deteksi dini untuk menemukan gejala-gejala hepatitis misterius pada anak.

"Agar mendeteksi secara dini jika menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran kejang, lesu, demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat," ujar Piprim.

Guru Besar Kesehatan Anak bidang Gastrohepatologi Hanifah Oswari mengatakan sejauh ini kelompok yang banyak terpapar virus hepatitis akut misterius adalah usia anak-anak.

"Sudah diteliti bahwa kasus [penyakit hepatitis akut misterius pada pasien] tertua itu 16 tahun, enggak ada yang lebih. Ternyata kebanyakan [pasien] itu di bawah 10 tahun," kata Hanifah dalam konferensi pers bersama Kementerian Kesehatan, Kamis (5/5).

"Di Inggris, [penyakit] kebanyakan [dialami] anak di bawah 5 tahun. Hingga kini datanya kena ke anak-anak saja," tambahnya.

Menular Lewat Makanan Masuk ke Mulut

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut virus hepatitis akut misterius yang pertama kali ditemukan pada 27 April 2022 menular melalui asupan makanan yang masuk melalui mulut.

Budi menyarankan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan seperti rajin mencuci tangan. Lebih lanjut, Budi mengimbau masyarakat khususnya anak-anak melakukan pemeriksaan SGPT dan SGOT untuk melihat apakah nilainya masih berada di angka normal.

Cegah Dengan Rutin Mencuci Tangan

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) menyarankan agar orang tua mengikuti beberapa langkah pencegahan, seperti rajin mencuci tangan, minum air bersih dan matang, konsumsi makanan yang bersih dan matang, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya.

Lalu, gunakanlah alat makan sendiri jika terdapat temuan salah satu gejala. Lakukan pula protokol kesehatan Covid-19 seperti menggunakan masker dan menjaga jarak.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami