search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rupiah Melemah, Kini Dibanderol Rp14.619/Dolar AS
Jumat, 13 Mei 2022, 20:55 WITA Follow
image

bbn/Suara.com/Rupiah Melemah, Kini Dibanderol Rp14.619/Dolar AS

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Pergerakan mata uang rupiah makin melemah saja di hadapan dolar AS. Pada penutupan perdagangan akhir pekan ini mata uang garuda kembali tak berdaya.

Kurs rupiah Jisdor melemah 0,23 persen ke Rp14.619 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan hari ini dari posisi kemarin Rp14.585 per dolar AS.

Ini adalah posisi rupiah paling lemah sejak 15 April 2021 atau dalam 13 bulan terakhir.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan pelemahan ini dipicu karena dolar naik ke level tertinggi.

"Berlanjutnya kekhawatiran bahwa tindakan bank sentral untuk menurunkan inflasi yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi global, meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven," kata Ibrahim, Jumat (13/5/2022).

Menurut dia investor telah condong ke aset safe-haven seperti dolar karena kekhawatiran telah meningkat tentang kemampuan Fed untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan resesi, serta dampak dari perang di Ukraina dan meningkatnya kasus Covid-19 di China yang melemahkan permintaan.

"Kekhawatiran tentang lingkungan stagflasi yang berkepanjangan dari pertumbuhan yang lambat dan harga yang tinggi juga telah mengurangi selera terhadap risiko," katanya.

Sementara dari sisi sentimen dalam negeri, berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2022 tetap tinggi sebesar 135,7 miliar dolar AS, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2022 sebesar 139,1 miliar dolar AS.

"Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian," katanya.

Lebih lanjut, dia bilang cadangan devisa tersebut berisiko semakin menurun jika melihat nilai tukar rupiah yang terus tertekan dan capital outflow yang terjadi di pasar obligasi.

"BI tentunya lebih banyak melakukan intervensi. Ketika cadangan devisa perlu digunakan untuk melakukan intervensi, pasokan devisa justru akan semakin seret di bulan ini. Sebabnya, pemerintah melarang ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan semua produk turunannya."

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami