Ternyata Ada Jalur Suci Pendakian Raja Anak Agung Karangasem ke Gunung Rinjani
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Pendakian gunung Rinjani lewat jalur baru Sesaot-Pakuan Kecamatan Narmada, Lombok Barat, diperkenalkan lewat program Lingkar Rinjani.
Jalur yang disebut sebagai “Jalur Suci Sesaot” itu merupakan jalur suci yang digunakan pertama kali oleh Raja Anak Agung Karangasem, Bali, pada saat menguasai Lombok dulu.
Asisten II Setda Lobar, Rusditah menerangkan, jalur Sesaot, Narmada ini akan bisa menjadi alternatif lain menuju Rinjani di masa mendatang.
"Sejarah menjadikan jalur tersebut sebagai rute pendakian purba oleh Anak Agung Karangasem, dan pertapa menuju Gunung Rinjani yang disebutkan dalam Babad Lombok," terang Rusditah, akhir pekan lalu.
Lanjut Rusditah, hal itu disebut juga menjadi alasan Taman Narmada dijadikan sebagai replika Gunung Rinjani oleh Raja Anak Agung Karangasem. Di mana Sesaot merupakan satu wilayah yang ada di Kecamatan Narmada.
Memperkenalkan jalur suci ini, upaya eksplorasi berbagai keunikan yang ada di jalur ini pun dimulai dari kegiatan Jelajah Lingkar Rinjani, yang digelar pada akhir pekan kemarin.
Hal ini disebut sebagai salah satu upaya pemerintah Lombok Barat untuk ikut andil dalam memperkenalkan wisata alam Gunung Rinjani ke mata dunia.
Selain melalui jalur pendakian yang sudah lebih dulu ada dan dikenal seperti dari Senaru di Lombok Utara dan Sembalun di Lombok Timur, kini Jalur Suci Sesaot ini pun diharapkan bisa menjadi alternatif pilihan bagi para pendaki.
Rute pendakian menuju Gunung Rinjani melalui jalur Sesaot ini akan melalui sejumlah titik. Dimulai dari Bunut Ngengkang di Sesaot, dilanjutkan Buak Odak, Jurang Peken pada kilometer ke-20, Lingkok Dangko’, Senaos, Senitik, Gunung Anak Dare (di sini terdapat pohon kayu besar Urat Sase), dan Gunung Sangkareang (masuk wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani/TNGR). Setelah itu sekitar 2 kilometer kemudian akan masuk ke Pelawangan, pintu masuk ke kawah Gunung Rinjani.
Dengan jarak tempuh melalui jalur ini diperkirakan sekitar 25 kilometer. Di mana masyarakat lokal yang biasa mendaki melalui jalur setapak yang ada, mereka bisa menempuh sekitar satu hari untuk pulang-pergi.
Jalur ini pun bisa melibatkan lima Desa yakni Suranadi, Sesaot, Buwun Sejati, Pakuan dan Lebah Sempage.
“Kelima Desa ini bisa menjadi alternatif untuk menginap bagi pendaki,” ujar Rusditah.
Kelebihan lainnya, lanjut Rusditah, yaitu air melimpah di lima titik. Yaitu di Buak Odak, Lingkok Dangkok, Senaos, Senitik, dan di dekat Pondok Selau. Selain itu, jalur yang ditempuh cukup landai sekitar 0-15 derajat, jalan yang cukup teduh, dengan melewati tebing jurang yang tidak panjang, hanya sekitar 500 meter.
Kelebihan jalur ini karena jalurnya relatif lurus, tidak berpasir dan tidak licin, dengan jalan yang cukup lebar yang kalau direvitalisasi bisa menggunakan segala jenis kendaraan baik roda dua maupun roda empat,” ungkap Rusditah.
Hal menarik lainnya yang bisa dirasakan oleh para pendaki yang akan melalui jalur ini nantinya adalah kesempatan menemukan satwa khas, yang oleh masyarakat Sasak disebut Ujat Jeleng atau Paradoksaurus Rinjanikus, juga tumbuhan unik yang disebut Mayang Mekar (Cemare Bedok).
Jalur ini juga menyediakan sumber makanan berupa buah sehingga pendaki bisa terhindar dari kelaparan.
Editor: Robby
Reporter: bbn/lom