Cerita Ayah Korban Remaja Perempuan Dibunuh Pacarnya di Denpasar
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Kepergian Ni Made DS (16) yang tewas dibunuh pacarnya, Kadek Juniarta (18) menyimpan duka mendalam bagi keluarganya. Bahkan, pihak keluarga tidak menyangka korban yang merupakan pelajar SMK Tata Boga itu dibunuh secara tragis dan tidak manusiawi.
Padahal selama ini korban terlihat selalu ceria dan tidak pernah ada masalah pribadi. Beberapa awak media mencoba mendatangi kediaman korban Ni Made DS di kawasan Kesiman, Denpasar Timur, pada Kamis 9 Februari 2023.
Terlihat beberapa warga melayat ke rumah duka. Di rumah duka, pihak keluarga melaksanakan meluasang (tradisi Bali meminta petunjuk ke leluhur melalui orang suci), sebelum berkumpul kembali.
Para awak media disambut dengan ramah oleh pihak keluarga khususnya ayah korban, yakni GA. Dari raut wajahnya tampak kesedihan mendalam atas kepergian anak tercintanya.
GA menceritakan, Ni Made DS adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Korban merupakan anak gadis satu-satunya di keluarga, sedangkan dua lainnya laki-laki. Semasa hidupnya, sang anak terlihat ceria bahkan tidak pernah terlihat ada masalah.
Pascakejadian, Selasa 7 Februari 2023, korban pamit kepada orang tuanya sekitar pukul 12.20 WITA karena ada keperluan penting.
Pas saat itu, GA yang bekerja di proyek, baru pulang ke rumah hendak makan siang. "Dari proyek ke rumah dekat. Saya pulang makan siang dan lihat anak saya mau pergi," ujarnya.
Sejenak, GA memberi pesan kepada anak gadisnya kalau pulang jangan terlalu sore. Bahkan ia menitip anaknya untuk membelikan cabai apabila sudah pulang ke rumah. Mendengar ucapan sang ayah, korban manut-manut dan mengatakan hanya sebentar saja. Tak disangka, itulah pertemuan terakhir GA dengan anaknya.
Beberapa saat korban belum pulang ke rumah, pihak keluarga melihat ada status anaknya di Whatsapp (WA) sekitar pukul 14.57 WITA. GA menuturkan, status WA tersebut sangatlah janggal sebab berdasarkan hasil penyidikan, pembunuhan terjadi sekitar pukul 14.30 WITA. Sehingga, muncul kecurigaan kalau status itu direkayasa.
Namun GA enggan menyebutkan isi status di WA tersebut. Ia hanya mengatakan dari status tersebut pihak keluarga mulai khawatir terhadap anaknya.
"Kami khawatir melihat status di WA itu," bebernya.
GA pun langsung berusaha menghubungi anaknya baik melalui pesan atau telephone WhatsApp, serta telephone biasa. Namun tidak bisa tersambung alias tak aktif.
"Pesan WA centang satu, telephone WA hanya memanggil, telephone biasa tak nyambung," ujar GA.
Pihak keluarga makin resah. Sebab, pelajar SMK itu belum juga pulang hingga pukul 17.00 WITA. "Tidak seperti biasanya. Dia selalu kasih kabar kalau pulang, dan tidak pernah telat," bebernya lagi.
GA kembali melanjutkan, pihak keluarga masih sempat berpikir positif kalau anaknya akan pulang karena masih ada keperluan penting di luar.
Kata GA, anak gadisnya itu sempat mengatakan jika sedang mencari tempat kerja Daily Worker (DW) yang baru karena tempat DW sebelumnya sepi pengunjung.
"Anak saya lagi masa training, tapi dia dapat kesempatan DW, jadi sambil belajar dia juga bisa dapat gaji, cuma karena tempat DW yang lama sepi, maka dia jenuh dan merasa kurang dapat belajar dan memilih cari tempat baru," terangnya.
Tak berselang lama, kabar tak sedap pun datang. Pelaku Kadek Juniarta mendatangi rumah korban bersama seorang pria tua sekitar pukul 19.30 WITA. Tampak Juniarta mengenakan mantel hujan dan mengatakan akan mengembalikan sepeda motor korban. Juniarta langsung memberikan kunci motor ke GA.
Pria ini pun heran dan menanyakan di mana putrinya. Pelaku Juniarta menjawab anaknya sedang berada di rumahnya dan dalam keadaan pingsan.
"Saya terkejut dan menanyakan alamat rumahnya (rumah pelaku, red) serta pukul berapa kejadiannya," beber GA.
Namun, pertanyaan GA membuat Juaniarta gugup. Ia pun menyebutkan kejadianya sekitar pukul 13.30 WITA.
"Trus saya tanya anak saya masih di mana, dia bilang masih di rumah, kok tidak dibawa ke RS terdekat untuk meminta pertolongan, nah di sana dia sudah gugup ngomong," ujar GA.
Mendengar itu, GA makin curiga. Ia langsung meluncur ke TKP bersama istri dan putranya, agar dapat detail penjelasan langsung di sana.
Tapi setiba di rumah kos pelaku di Jalan Gunung Batur, Gang Carik III, Pemecutan, Denpasar Barat, pihak keluarga terkejut melihat lokasi sudah ramai dan ada juga aparat kepolisian. Perasaan GA dan istrinya makin teriris setelah mendengar dari Polisi anaknya sudah meninggal.
Namun sayang, kala itu keluarga tidak diizinkan melihat kondisi sang anak agar tidak mengganggu penyelidikan Polisi di TKP.
"Kami tidak diizinkan melihat anak saya di TKP, disitulah saya kecewa dengan Polisi. Padahal saya sebagai orang tuanya, tapi kenapa tidak boleh untuk melihat, saya protes di sana disaksikan warga, jujur di TKP saya berharap masih ada peluang hidupnya, meski ada tim medis atau lainnya, tapi sebagai orang Bali kami kan punya hal lain," ucapnya.
Akhirnya, GA baru dapat melihat kondisi anaknya di RSUP Prof Ngoerah Sanglah, Denpasar. Ia memegang kepala sang anak dan sudah terasa dingin sekali.
Bagian lain, GA mengaku tidak bisa memastikan apakah anaknya benar-benar hamil atau tidak. Karena selama ini mereka tidak pernah melihat ciri-ciri kehamilan di anaknya. Apalagi anaknya juga tidak mau cerita. Padahal selama ini mereka sudah berpesan kepada anak-anaknya lebih baik terbuka kepada keluarga dan menceritakan persoalan, meski itu terasa sangat sulit.
"Saya tidak tahu apakah benar hamil atau tidak, itu baru diberitakan. Kalau orang meninggal bisa membantah bagaimana, bukan saya tidak percaya tapi bukan saya selalu percaya," ucapnya sedih.
Soal siapa sosok pelaku Kadek Juniarta, GA mengaku tidak begitu terlalu mengenalnya. Pelaku memang pernah sekali datang ke rumahnya, namun itu sudah lama sekali. Pelaku disebut korban sebagai orang yang membantu mencarikan tempat training.
Di akhir pembicaraan, GA mengatakan pihak keluarga berencana melaksanakan upacara kematian di kampung halamannya di Karangasem, sambil menunggu hari baik. Namun Polisi belum memberikan informasi mengenai kapan jenazah boleh dipulangkan.
Editor: Robby
Reporter: bbn/bgl