Pilot Susi Air Masih Disandera KKB, Tenggat Waktu Habis Juli Ini
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens hingga kini masih disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua.
Penyanderaan tersebut telah berlangsung hampir 5 bulan menyusul pembakaran Pesawat Susi Air oleh TPNPB-OPM Pimpinan Egianus Kogoya di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan pada (7/2) lalu. Hingga kini nasib Kapten Philip Mark Mehrtens masih belum bisa dipastikan kapan akan dibebaskan.
Tenggat Waktu Negosiasi
Kapten Philip Mark Mehrtens mengaku dirinya diancam bakal ditembak apabila pemerintah tidak melakukan negosiasi dengan KKB. Dalam video yang tersebar pada 27 Mei lalu, ia menyebut KKB memberikan tenggat dua bulan atau hingga akhir Juli 2023.
"Jika itu (negosiasi) tidak terjadi dalam waktu dua bulan, mereka mengatakan akan menembak saya," kata Philip Mark Mehrtens dalam video yang dibagikan pada (27/5).
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan tidak ada batas waktu tertentu terkait proses negosiasi tersebut. Ia pun mengatakan upaya pembebasan Pilot Susi Air masih terus dilakukan.
"Tenggat waktunya enggak bisa tentukan, yang jelas saya sampaikan kepada Pak Pangkogabwilhan III maupun Pak Pangdam untuk terus melaksanakan negosiasi," ujarnya kepada wartawan di Mabes Polri, Jumat (30/6).
Minta Tebusan Rp5 M hingga status kemerdekaan
Polda Papua menyebut KKB atau TPNPB-OPM meminta syarat tebusan uang senilai Rp5 miliar untuk pembebasan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens. Kabid Humas Polda Papua Ignatius Benny Prabowo yang mengatakan adanya permintaan uang dari KKB pada saat awal-awal penyanderaan.
"Saat di awal penyanderaan minta (tebusan) Rp5 miliar," ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (30/6).
Sementara itu, Juru Bicara KKB atau TPNPB-OPM membantah hal demikian. Sebby Sambom menyatakan pihaknya tidak pernah meminta uang tebusan kepada pemerintah terkait pembebasan Pilot Susi Air. Ia pun menegaskan pihaknya hanya meminta pengakuan kemerdekaan bangsa Papua.
"Kami bukan kriminal dan bukan minta uang," kata Sebby lewat pesan singkat, Jumat (30/6).
"Bahwa tuntutan sangat jelas yaitu Pemerintah Indonesia harus mengakui eksistensi perjuangan TPNPB yang menuntut hak kemerdekaan bangsa Papua," ujarnya.
Selain itu, KKB juga disebut meminta senjata kepada pemerintah terkait pembebasan Pilot Susi Air tersebut. Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri menegaskan tidak akan memenuhi permintaan KKB terkait dengan senjata dan status kemerdekaan.
Ia pun menyatakan pemerintah hanya memberikan uang tebusan seperti dimintakan KKB.
"Tidak mungkin kami mengabulkan kedua permintaan itu (merdeka dan senjata). Namun, untuk uang yang juga diminta akan disiapkan dan diserahkan kepada Egianus Kogoya asal sandera yang berkebangsaan Selandia Baru itu dibebaskan dan diserahkan ke aparat keamanan," ucap Mathius.
TNI utamakan dialog
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan upaya pembebasan Pilot Susi Air akan mengutamakan jalur negosiasi atau dialog atau bukan cara operasi militer. Ia mengungkapkan alasan dialog dengan KKB dipilih negara agar tak menimbulkan korban sipil.
"Untuk pilot, sudah sering saya sampaikan bahwa kita tetap berusaha untuk menemukan. Iya, tentunya tidak berdampak negatif atau pun berdampak korban di pihak masyarakat," kata Yudo dalam konferensi pers di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (7/6).
Yudo mengaku pemerintah telah bekerja sama dengan berbagai pihak dalam negosiasi dengan KKB.
"Sehingga kita tetap mengutamakan dengan dialog, dengan koordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan juga PJ Bupati Nduga. Kita utamakan dengan cara-cara persuasif, tidak dengan operasi militer. Mengantisipasi jatuhnya masyarakat," ujarnya.
Selain itu, pemerintah melalui Menko Polhukam Mahfud MD juga menegaskan operasi pembebasan Pilot Susi Air dipastikan tak ada campur tangan Internasional. Mahfud meyakini pemerintah Indonesia mampu membebaskan Kapten Philip Mark Mehrtens tanpa bantuan negara lain.
"Kita tangani sendiri secara internal. Kita kebijakannya tidak boleh melibatkan negara lain. Ini internal kita, dan kita bisa melakukan itu," ujar Mahfud di Jakarta Selatan, Senin (29/5).
Anak Buah Egianus Kogoya ditangkap
Tim gabungan TNI-Polri menangkap anggota KKB atau anak buah Egianus Kogoya yaitu Yomse Lokbere. Ia merupakan salah satu pelaku pembakaran pesawat Susi Air di Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Yomse juga bertugas dalam urusan logistik, termasuk senjata api dan amunisi.
"Saat ini penyidik masih terus melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan," kata Kasatgas Gakkum Ops Damai Cartenz 2023 Kombes Pol. I.G.G. Era Adhinata di Papua, Senin (10/4).
Tim gabungan juga berhasil menemukan gudang persenjataan di di Sagu Lima Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Adapun barang bukti yang diamankan yaitu senjata panjang AR 15, senapan angin, GLM dan senjata api jenis FN masing-masing satu pucuk, 415 butir amunisi berbagai kaliber di antaranya kaliber 5,56 sebanyak 360 butir, lima HT Icom, laptop, teropong, kamera merk Canon, teleskop dan radio SSB.
Lima prajurit TNI gugur
Tercatat sebanyak lima prajurit TNI gugur saat misi penyelamatan pilot pesawat Susi Air Philip Mark Mehrtens. Kelima prajurit itu gugur usai baku tembak di akibat serangan KKB di Mugi-Mam, Nduga, Papua Pegunungan.
Kelima prajurit itu atas nama Pratu Miftahul Arifin, Pratu I, Pratu K, Prada S dan Pratu F. Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menetapkan status siaga tempur di Papua. Langkah ini diambil menyusul aksi penyerangan yang dilakukan oleh KKB kepada sejumlah personel TNI.
"Tentunya dengan kondisi seperti ini, khususnya di daerah tertentu kita ubah jadi operasi siaga tempur. Di TNI, di Natuna sana ada operasi siaga tempur laut, nah kalau di sini ada operasi siaga tempur darat, artinya ditingkatkan," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (18/4).(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net