search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rusia Bantah Bombardir Gereja Ortodoks Ukraina di Odesa
Selasa, 25 Juli 2023, 00:05 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Rusia Bantah Bombardir Gereja Ortodoks Ukraina di Odesa

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Rusia membantah pasukan mereka menargetkan rumah ibadah katedral di Odesa, Ukraina, pada akhir pekan lalu.

"Kami berkali-kali menyatakan dan bisa berulang, bahwa kami, Angkatan Bersenjata, tak pernah menyerang fasilitas infrastruktur sipil, apalagi katedral, gereja, atau bangunan serupa," ujar Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada Senin (24/7), seperti dikutip AFP.

Kementerian Pertahanan Rusia justru menyatakan kemungkinan gereja katedral hancur gegara serangan pasukan Ukraina. Mereka juga mengatakan sejauh ini tak ada bukti yang mendukung soal serangan mereka menyebabkan kehancuran gereja, demikian dikutip Reuters.

Sebelumnya, Ukraina menyatakan pasukan Rusia meluncurkan 19 rudal ke kota pelabuhan Odesa pada Sabtu malam waktu setempat. Imbas serangan ini, dua orang tewas dan 22 orang termasuk anak-anak mengalami luka-luka.

Tak hanya itu, enam bangunan tempat tinggal penduduk, monumen arsitektur, dan katedral juga hancur.

"Secara total musuh menggunakan 19 rudal berbagai jenis," demikian menurut Angkatan Udara Ukraina di Telegram.

Beberapa peluru kendali itu di antaranya Rudal Jelajah Oniks, Kalibr, dan Rudal Balistik Iskander.

Menanggapi serangan tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam tindakan Rusia.

"Rudal melawan kota-kota yang damai, melawan bangunan tempat tinggal, katedral. Tidak ada alasan untuk kejahatan Rusia," kata Zelensky, seperti dikutip CNN.

Ukraina tengah berjuang menghadapi serangan Rusia selama sepekan terakhir. Sistem pertahanan mereka disebut belum cukup mampu menghalau serangan dari pasukan Negeri Beruang Merah.

Pemerintah Kyiv belakangan mengeluh pasokan senjata dari Barat yang telat.

Gelombang serangan Rusia berlangsung usai Kremlin menolak untuk memperpanjang perjanjian memfasilitasi ekspor gandum. Keputusan ini diambil setelah Ukraina meledakkan jembatan Crimea.(sumber: cnnindonesia.com)
 

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami