search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dampak El Nino, 178,25 Hektar Lahan Pertanian di Jembrana Terancam Kekeringan
Jumat, 25 Agustus 2023, 17:02 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Dampak El Nino, 178,25 Hektar Lahan Pertanian di Jembrana Terancam Kekeringan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Salah satu wilayah pertanian di Desa Berangbang, Kecamatan Negara, mengalami kekeringan yang sudah berlangsung cukup lama. Lahan yang semula harusnya basah, kini sudah mengering dan tanahnya retak.

Sebanyak 178,25 hektar lahan pertanian tanaman padi di Kabupaten Jembrana terancam kekeringan karena musim kemarau dan fenomena El Nino. Pemantauan menunjukkan bahwa 10 hektar di antaranya mengalami gagal panen atau puso. Tanaman padi yang terkena puso umumnya berumur 45 hari, dan perkiraan kerugiannya mencapai Rp75 Juta.

"Iya, dari ratusan hektar lahan pertanian padi yang terancam kekeringan, 10 hektar sudah mengalami puso akibat dampak El Nino saat ini," ujar I Wayan Sutama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, pada Jumat, 25 Agustus 2023.

Kepala Bidan Pertanian, Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Komang Ngurah Arya Kusuma, menjelaskan bahwa data dari petugas lapangan menunjukkan dari total lahan pertanian 1.946 hektar, ada 178,25 hektar lahan pertanian padi yang terancam kekeringan.

"Kondisi ini terjadi karena sedang musim gadon atau kemarau, sehingga debit air menurun. Ini diperparah oleh dampak El Nino," ungkap Arya Kusuma, menjelaskan bahwa petani mengenal dua musim tanam, yaitu kertamasa (musim hujan) dan gadon (kemarau).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa dari luasan wilayah yang terancam kekeringan, 19,5 hektar sudah benar-benar mengalami kekeringan. Di antaranya, sekitar 10 hektar lahan pertanian padi mengalami gagal panen atau puso. Ini menyebabkan kerugian besar bagi petani.

"Usia rata-rata tanaman padi yang mengalami puso adalah 45 hari. Sehingga perkiraan kerugian mencapai setengah dari biaya produksi hingga panen, atau sekitar Rp75 Juta untuk 10 hektar lahan tersebut," jelasnya.

Menghadapi situasi saat ini, pihak berwenang telah mengirim surat edaran sebagai langkah antisipasi menghadapi kemarau panjang kepada seluruh subak di Jembrana sejak Juni 2023. 

Surat edaran ini memberikan pedoman kepada subak dan petani, dan salah satu langkah yang dapat diambil adalah memanfaatkan mesin air bor dengan subsidi BBM dari pemerintah untuk menghindari gagal panen.

"Wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan mungkin masih dapat diselamatkan. Jika pasokan air dari irigasi, sumur bor, atau hujan masih tersedia, maka tanaman padi bisa pulih. Semoga saja masalah puso tidak semakin meluas," harapnya.

Editor: Robby

Reporter: bbn/jbr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami