search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kebanjiran Orderan Proyek Pemerintah, Harga Bata Merah Tulikup Melejit
Sabtu, 16 September 2023, 13:33 WITA Follow
image

beritabali/ist/Kebanjiran Orderan Proyek Pemerintah, Harga Bata Merah Tulikup Melejit.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Harga bata merah dari Tulikup, Gianyar melejit lantaran kebanjiran permintaan proyek dari Pemerintah. 

Saat pandemi covid, harga per bata hanya Rp2.000. Jadi dulu, untuk per seribu menjadi Rp1 juta. Kini, per seribu mencapai Rp5,5 juta.

"Harga naik, karena bahan baku minim. Dan orderan meningkat," ujar Owner batu bata Eka'S, Ngakan Nyoman Susila atau yang biasa dipanggil Kanman, Sabtu, 26/9/2023. 

Kenaikan terjadi karena dari bahannya juga naik. "Bahan baku juga naik. Dari perajin hingga pemberi bahan mentah ikut kena imbas," jelas dia.

Kini, produksi sehari bisa mencapai 300 bata yang dihasilkan bata super. "Permintaan banyak, sampai kewalahan. Kami ngirim sampai ke Tabanan, Buleleng, Tampaksiring, dagang sanggah juga membeli disini," jelasnya.

Dikatakannya, banyak proyek dari pemerintah pada tahun ini menggunakan bata merah. "Apalagi banyak bansos keluar dari pemerintah. Banyak pembangunan," jelas dia.

Untuk pembuatan dari nol, pembakaran hingga bata jadi butuh proses sebulan. "Sekali produksi 15 ribu bata. Bahan dari tanah, saang, cetakan hingga pembakaran 3 hari non stop," jelas dia.

Bata yang dihasilkan juga banyak menghias pura di sejumlah daerah di Bali. "Kalau balai banjar banyak," ujar pengusaha yang bergelut 23 tahun tersebut.

Diharapkan, agar pemerintah membantu proses menggunakan mesin. "Ada mesin seperti di Pejaten Tabanan pakai mesin. Kami di Tulikup manual. Untuk modal kami dulu pinjam di BPD berupa KUR sebanyak Rp 500 juta," jelas dia.

Astungkara, dari bata ini, ia bisa menghidupi keluarga dan 5 orang pekerja bata. "Hasil kotor bisa Rp 10-15 juta per bulan," jelas dia.

Dia juga berharap, agar masyarakat terus mempercayakan bata Tulikup sebagai pilihan. "Agar masyarakat bisa melihat produksi kita, karena lebih bagus, dijamin kualitas bagus," tutup dia. 

Editor: Robby

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami