search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Putin: Orang Waras Tidak Akan Serang Rusia dengan Senjata Nuklir
Minggu, 8 Oktober 2023, 00:10 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Putin: Orang Waras Tidak Akan Serang Rusia dengan Senjata Nuklir

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negaranya telah berhasil menguji rudal strategis generasi baru yang kuat, pada Kamis (5/10).

Putin juga menolak mengesampingkan kemungkinan melakukan uji coba senjata yang melibatkan ledakan nuklir untuk pertama kalinya dalam lebih dari tiga dekade.

Dia menyebut, Moskow untuk pertama kalinya berhasil menguji Burevestnik, sebuah rudal jelajah bertenaga nuklir dan berkemampuan nuklir dengan potensi jangkauan ribuan mil.

Putin mengatakan untuk pertama kalinya bahwa Moskow telah berhasil menguji Burevestnik, sebuah rudal jelajah bertenaga nuklir dan berkemampuan nuklir dengan potensi jangkauan ribuan mil.

Dia mengungkapkan pada pertemuan tahunan para analis dan jurnalis bahwa Rusia hampir menyelesaikan pekerjaan pada sistem rudal balistik antarbenua Sarmat, elemen kunci lain dari senjata nuklir generasi barunya.

Berulangkali Putin mengingatkan dunia akan kekuatan nuklir Rusia sejak melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Menurut dia, tidak ada orang waras yang akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan Rusia.

"Jika serangan seperti itu terdeteksi, misil kami, ratusan, ya ratusan misil akan muncul di udara sehingga tidak ada satu musuh pun yang memiliki peluang untuk bertahan hidup," ucap Putin, seperti dikutip New York Post, Sabtu (7/10).

Rusia belum pernah melakukan uji coba yang melibatkan ledakan nuklir sejak tahun 1990, tahun sebelum runtuhnya Uni Soviet, namun Putin menolak mengesampingkan kemungkinan pihaknya dapat melanjutkan pengujian tersebut.

Dia mencatat bahwa Amerika Serikat belum meratifikasi perjanjian yang melarang uji coba nuklir, sedangkan Rusia telah menandatangani dan meratifikasinya. Secara teori, Duma, parlemen Rusia, kata Putin, bisa saja mencabut ratifikasinya.

Analis militer mengatakan dimulainya kembali uji coba nuklir oleh Rusia dan Amerika Serikat atau keduanya akan sangat mengganggu stabilitas pada saat ketegangan antara kedua negara lebih besar dibandingkan sebelumnya dalam 60 tahun terakhir.

Pada bulan Februari 2023, Putin menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian New START, yang membatasi jumlah senjata nuklir yang dapat digunakan oleh masing-masing pihak.

Namun, kata Putin, Rusia tidak perlu menulis ulang doktrinnya mengenai penggunaan senjata nuklir, yang menyatakan bahwa mereka mungkin akan menembakkan senjata tersebut sebagai respons terhadap serangan nuklir terhadap negaranya atau jika terjadi ancaman terhadap keberadaan senjata nuklir negara.

Analis Rusia Sergei Karaganov menganjurkan penurunan ambang batas penggunaan nuklir, tapi Putin tidak sependapat.

"Saat ini tidak ada situasi di mana, katakanlah, ada sesuatu yang mengancam kenegaraan Rusia dan keberadaan negara Rusia. Saya pikir tidak ada orang yang berakal sehat dan memiliki ingatan jernih akan berpikir untuk menggunakan senjata nuklir melawan Rusia," jelasnya.

Karaganov telah menimbulkan keheranan di kalangan analis strategis Rusia dan Barat dengan berpendapat bahwa sudah waktunya bagi Rusia untuk menurunkan ambang batas penggunaan nuklirnya untuk menahan, menakut-nakuti, dan menyadarkan lawan-lawan negaranya.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami