Gali Potensi Desa Penglipuran, Mahasiswa Unud Lahirkan "Dedari Drink"
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, BANGLI.
Desa Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli adalah salah satu desa penghasil daun cemcem yang cukup besar karena wilayahnya didominasi oleh lahan pertanian.
Potensi ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat dengan mengolahnya menjadi loloh, sehingga Desa Penglipuran dikenal sebagai daerah penghasil loloh cemcem pertama di Bali.
Loloh adalah minuman jamu tradisional yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk menjaga kebugaran tubuh dan mengobati berbagai macam penyakit. Loloh cemcem merupakan minuman yang terbuat dari bahan dasar daun cemcem yang memiliki beragam manfaat.
Daun cemcem mengandung steroid, saponin, flavonoid, tannin, vitamin C, asam organik, dan terpenoid. Senyawa-senyawa yang dikandung oleh daun cemcem dapat digunakan untuk mengobati panas dalam, menurunkan hipertensi, mengobati diabetes, melancarkan pencernaan, sebagai antioksidan dan antibakteri.
Melihat beragam manfaat dan ciri khas yang ditawarkan dari loloh cemcem, Tim Dedari Universitas Udayana membuat inovasi produk loloh cemcem berupa bubuk dan teh celup melalui Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dikti.
Tim yang beranggotakan 5 orang ini, di antaranya Ita Wulandari (FK 2021), Sintya Anastasia (FISIP 2021), Githa Prastya (FEB 2021), Widiani (FEB 2021), dan Intan Praniti (FT 2021) berada di bawah bimbingan Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S.Kep., MNS.
Produk inovasi loloh cemcem dalam sediaan bubuk dan teh celup hadir untuk melestarikan kearifan lokal masyarakat Bali, yaitu pengobatan tradisional (Usadha) serta mendukung program “Back to Nature” yang digalakkan oleh Pemerintah Provinsi Bali di era kepemimpinan Wayan Koster. Selain itu, adanya produk inovasi ini dapat memperpanjang masa simpan loloh cemcem sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama.
“Selama ini pemanfaatan daun cemcem umumnya disajikan dalam bentuk minuman siap konsumsi dan tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, kami membuat sebuah pembaruan dengan menyajikannya dalam bentuk bubuk dan teh celup agar dapat bertahan lama dan dijadikan buah tangan oleh wisatawan yang berkunjung ke Bali. Tentunya produk ini kami buat tanpa menghilangkan ciri khas resep dan khasiat dari loloh cemcem yang sudah ada,” ujar Ita Wulandari, ketua Tim Dedari.
“Harapannya semoga produk yang kami buat melalui P2MW ini dapat membantu petani cemcem yang ada di Desa Penglipuran. Selain itu, kami juga berharap produk ini bisa ditempatkan di toko oleh-oleh khas Bali agar semakin dikenal tidak hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh wisatawan yang belum pernah berkunjung ke Penglipuran,” ujar salah satu anggota tim Dedari, Sintya Anastasia.
Lebih lanjut, tim mahasiswa asal Bali tersebut mengungkapkan harapan mereka agar cemcem bubuk dan teh celup dapat menjadi ikon lain dari Desa Penglipuran yang bisa dikenal luas oleh masyarakat.
Editor: Robby
Reporter: bbn/rls