search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
HUT ke-79 RI, Patung Lettu Dwinda di Negara Minim Hiasan, Dandim Gercep
Sabtu, 17 Agustus 2024, 09:24 WITA Follow
image

beritabali/ist/HUT ke-79 RI, Patung Lettu Dwinda di Negara Minim Hiasan, Dandim Gercep.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia, suasana nasionalisme semakin terasa di berbagai tempat dengan kehadiran bendera merah putih. Namun, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Monumen Patung Pahlawan Lettu Dwinda yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Baler Bale Agung, Kecamatan Negara, tampak sepi tanpa hiasan bendera dan umbul-umbul.

Kondisi monumen yang diresmikan pada 23 Desember 2013 itu terlihat memprihatinkan pada H-1 perayaan HUT RI. Jumat (16/8/2024) sore, area monumen tampak kotor dan dipenuhi sampah, sehingga menarik perhatian warga.

Mendengar kabar ini, Dandim 1617 Jembrana, Letkol Inf. Mohamad Adriansyah, segera mengambil tindakan cepat. Ia memerintahkan anggotanya bersama Pramuka Saka Wirakartika untuk segera melakukan kerja bakti membersihkan area monumen dan memasang bendera serta umbul-umbul merah putih.

"Nanti pramuka dengan anggota kami juga ada kegiatan ke keluarga Lettu Dwinda," ujar Dandim Adriansyah, menambahkan jika ini adalah bentuk penghargaan terhadap jasa para pahlawan.

Sebagai informasi, Lettu Dwinda, atau I Gusti Putu Dwinda, lahir pada tahun 1924 di Desa Dauhwaru, Jembrana. Ia merupakan putra pertama dari pasangan I Gusti Nyoman Sulem dan Dewa Ayu Menuh. Bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) dengan pangkat Sodhanco (Letnan Dua), Dwinda kemudian menjadi bagian dari TKR (Tentara Keamanan Rakyat) setelah Jepang meninggalkan Indonesia.

I Gusti Putu Dwinda terlibat dalam berbagai pertempuran melawan penjajah Belanda, termasuk di Candikusuma, Gilimanuk, dan Negara. Pada 17 November 1946, ia bergabung dengan pasukan Ciung Wanara di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai di Tabanan, dan ditunjuk sebagai Komandan Batalion. 

Dalam pertempuran heroik di Margarana pada 20 November 1946 yang dikenal dengan Puputan Margarana, I Gusti Putu Dwinda gugur bersama para pejuang lainnya pada usia 22 tahun.

Editor: Robby

Reporter: bbn/jbr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami