search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pasca-Kekalahan Pilkada, Psikolog Beri Tips Atasi Kekecewaan
Senin, 2 Desember 2024, 18:18 WITA Follow
image

beritabali/ist/Pasca-Kekalahan Pilkada, Psikolog Beri Tips Atasi Kekecewaan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kekalahan dalam Pilkada memang selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sebuah kompetisi. 

Namun, bagaimana cara menerima kenyataan tersebut tanpa menimbulkan kekecewaan berkepanjangan. Menurut, salah satu Psikolog di Kota Denpasar, Amadeandra Kusuma, M.Psi, ada beberapa hal penting perlu diperhatikan agar kekalahan tidak mengganggu kesehatan mental dan fisik.

Kusuma menjelaskan, bahwa kekalahan adalah bagian dari proses yang memberikan peluang untuk belajar dan berkembang. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk menerima kenyataan bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan refleksi dan evaluasi. 

Gunakan momen ini untuk menganalisis apa yang dapat diperbaiki dan fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol di masa depan.

"Jika dibiarkan tanpa penanganan, kekecewaan yang berlarut-larut bisa meningkatkan tingkat stres seseorang. Pikiran negatif yang terus-menerus dipikirkan dapat memicu gangguan seperti kecemasan, depresi, bahkan masalah fisik seperti insomnia dan tekanan darah tinggi," kata Kusuma, Senin, (2/12/2024) di Denpasar.

Lebih lanjut, Kusuma menyarankan agar seseorang mencari dukungan emosional dengan berbagi perasaan kepada keluarga, teman, atau kelompok pendukung. 

Hal ini akan membantu meringankan beban emosional yang dirasakan. Selain itu, ia juga menyarankan agar energi disalurkan ke kegiatan positif, seperti olahraga atau hobi, untuk mengalihkan pikiran dari kekecewaan.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi munculnya rasa kecewa, menurut Kusuma seperti, Harapan yang tidak realistis menjadi salah satunya. Ketika ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan, rasa kecewa mudah muncul. Selain itu, ego dan identitas yang terkait dengan kegagalan dalam hal yang dianggap penting juga bisa memicu kekecewaan mendalam. Tekanan sosial dari lingkungan sekitar dan kurangnya penerimaan diri terhadap kegagalan juga dapat memperburuk perasaan kecewa seseorang.

Seseorang perlu menyadari apakah kekecewaannya berada dalam level yang wajar atau tidak. Jika rasa kecewa hanya berlangsung sesaat dan dapat diatasi dengan cara sehat tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari, maka itu masih dalam batas normal. Namun, jika kekecewaan berlarut-larut, memengaruhi kehidupan sosial atau pekerjaan, atau bahkan memengaruhi kesehatan fisik, maka perlu mendapat perhatian lebih, termasuk bantuan profesional.

Kusuma juga memberikan beberapa pesan penting untuk mencegah kekecewaan memengaruhi fisik dan jiwa seseorang, yaitu dengan membangun budaya sportivitas dan edukasi masyarakat tentang pentingnya menerima hasil dengan lapang dada serta menghormati proses demokrasi.

"Komunikasi positif sangat penting. Hindari menyebarkan narasi kebencian atau saling menyalahkan. Fokuslah pada solusi dan langkah ke depan," ujar Kusuma. 

Selain itu, ia mendorong masyarakat untuk memprioritaskan kesehatan mental, mencari bantuan jika mengalami stres atau emosi negatif berlebihan, dan mengedepankan persatuan serta kerukunan di atas hasil politik yang sementara.

Kusuma juga menekankan pentingnya forum diskusi yang sehat, di mana masyarakat bisa berdiskusi dan menyampaikan aspirasi tanpa menimbulkan konflik.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat mengelola kekecewaan dengan cara yang sehat dan bijaksana, demi menjaga kesejahteraan mental dan sosial mereka.

Editor: Robby

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami