search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kenali Penyebab Tensi Tinggi pada Ibu Hamil, PAFI Berikan Solusi Pengobatan
Sabtu, 3 Mei 2025, 21:18 WITA Follow
image

bbn/EyeEm dari Freepik/ilustrasi/Kenali Penyebab Tensi Tinggi pada Ibu Hamil, PAFI Berikan Solusi Pengobatan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Berbicara tentang gangguan kesehatan pada ibu hamil, salah satu yang dapat dialami selama masa kehamilan adalah tensi tinggi atau hipertensi.  

Hipertensi atau tensi tinggi selama masa kehamilan, dapat menimbulkan risiko serius bagi ibu dan janin. Hipertensi dapat menyebabkan preeklamsia, kelahiran prematur, dan masalah organ lainnya. Hal ini cukup berbahaya, sehingga membutuhkan pengobatan dengan segara. Prevalensi hipertensi selama kehamilan di Indonesia, berkisar 6,18%.

PAFI dengan alamat website pafikarokab.org adalah salah satu organisasi kesehatan terbesar di Indonesia, yang sangat peduli dengan kesehatan masyarakat. Persatuan Ahli Farmasi Indonesia mendorong inovasi dalam riset obat, produksi farmasi, serta pengembangan teknologi pelayanan farmasi yang modern dan sesuai dengan kebutuhan nasional. PAFI juga mendukung pengembangan sumber daya manusia ahli farmasi yang kompeten dan profesional.

Organisasi kesehatan PAFI aktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penyebab tensi tinggi pada ibu hamil, serta rekomendasi obat yang bisa dikonsumsi bagi penderitanya.

Apa saja faktor penyebab terjadinya tensi tinggi pada ibu hamil?

Pada umumnya, tensi tinggi atau hipertensi pada ibu hamil adalah kondisi medis yang cukup umum dan berpotensi serius jika tidak ditangani dengan baik. Hipertensi selama kehamilan dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin, bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. 

Tensi tinggi pada ibu hamil terjadi akibat adanya tekanan darah sistolik (angka atas) ≥ 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik (angka bawah) ≥ 90. Tekanan darah yang tinggi ini biasanya terdeteksi setelah usia kehamilan 20 minggu dan bisa bersifat sementara atau kronis. Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya tensi tinggi selama kehamilan yang perlu diperhatikan meliputi:

1. Faktor genetik atau keturunan

Faktor genetik memainkan peran penting dalam predisposisi wanita terhadap hipertensi pada kehamilan. Wanita dengan riwayat keluarga hipertensi, preeklamsia, atau penyakit kardiovaskular memiliki risiko yang lebih tinggi. Beberapa gen yang terkait dengan preeklamsia meliputi gen yang mengatur fungsi endotelium. Gen ini terlibat dalam produksi oksida nitrat (NO), zat yang membantu melebarkan pembuluh darah.

2. Adanya gangguan pada pembentukan plasenta

Preeklamsia, salah satu jenis hipertensi yang paling serius pada kehamilan, sering kali berakar pada pembentukan plasenta yang tidak sempurna pada awal kehamilan. Proses ini, yang disebut implantasi plasenta, melibatkan invasi sel-sel trofoblas ke dalam dinding rahim untuk membentuk pembuluh darah yang memasok nutrisi dan oksigen ke janin. 

Pembuluh darah yang sempit mengurangi aliran darah ke plasenta, sehingga janin kekurangan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang optimal (kelahiran prematur).

3. Faktor gaya hidup dan lingkungan 

Faktor selanjutnya yang menyebabkan tensi tinggi pada masa kehamilan adalah faktor gaya hidup serta lingkungan. Pola makan yang tidak sehat serta polusi udara dapat meningkatkan hipertensi. Konsumsi makanan tinggi garam, lemak jenuh, dan gula dapat meningkatkan tekanan darah dan peradangan. 

Bumil yang tinggal di perkotaan dengan padat penduduk memiliki risiko terpapar polusi, dapat meningkatkan risiko hipertensi serta masalah kardiovaskular lainnya.

4. Faktor demografis

Beberapa faktor demografis juga terkait dengan peningkatan risiko hipertensi pada kehamilan. Usia dan status sosial ekonomi juga berperan. Wanita yang hamil pada usia yang sangat muda (di bawah 20 tahun) atau usia lanjut (di atas 35 tahun) memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi. Selain itu, wanita dengan status sosial ekonomi rendah mungkin memiliki akses yang terbatas ke perawatan prenatal dan nutrisi yang baik, meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan.

5. Kondisi medis lainnya

Beberapa kondisi medis yang sudah ada sebelum kehamilan dapat meningkatkan risiko hipertensi gestasional atau preeklamsia, seperti diabetes mellitus dan penyakit ginjal. Diabetes, terutama yang tidak terkontrol dengan baik, dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko hipertensi dan preeklamsia.  Selain itu, bumil juga berisiko mengalami penyakit ginjal yang mengganggu kemampuan ginjal untuk mengatur tekanan darah dan ekskresi protein, meningkatkan risiko hipertensi dan proteinuria.

Apa saja obat yang tepat untuk mengobati tensi tinggi pada ibu hamil?

PAFI (Persatuan Ahli Farmasi Indonesia) telah melakukan penelitian lanjut mengenai penyebab utama dari tensi tinggi pada ibu hamil. Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengurangi gejala hipertensi selama kehamilan serta membantu mengelola kondisi tersebut meliputi:

1. Metildopa

Metildopa adalah obat antihipertensi yang paling banyak direkomendasikan untuk ibu hamil karena tingkat keamanannya yang tinggi. Obat ini bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah sehingga tekanan darah menurun tanpa membahayakan janin. Untuk dosisnya, membutuhkan resep langsung dari apoteker, karena memiliki efek samping seperti rasa kantuk dan kelelahan.

2. Labetalol

Labetalol adalah beta-blocker yang juga sering digunakan untuk mengontrol hipertensi pada ibu hamil. Obat ini membantu menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh darah dan mengurangi denyut jantung. Labetalol termasuk kategori C FDA, artinya harus digunakan dengan resep langsung dari apoteker. Labetalol sering menjadi pilihan lini pertama selain metildopa.

3. Nifedipine

Nifedipine termasuk golongan calcium channel blocker (CCB) yang bekerja dengan mengendurkan otot-otot pembuluh darah sehingga tekanan darah turun. Nifedipine juga dianggap aman untuk ibu hamil dan sering digunakan sebagai alternatif atau tambahan terapi.

Selain mengonsumsi obat-obatan, beberapa cara lain untuk mengurangi gejala tensi tinggi atau hipertensi selama kehamilan adalah istirahat yang cukup, mengonsumsi air putih lebih banyak untuk menghindari dehidrasi serta makan buah pisang maupun mentimun. 

Pisang kaya kalium yang membantu mengendalikan tekanan darah dan menjaga fungsi pembuluh darah. Mentimun juga mengandung serat dan air yang dapat membantu menurunkan lemak tubuh dan menstabilkan detak jantung, sehingga tekanan darah menjadi lebih normal.

Penting untuk selalu berkonsultasi dengan apoteker agar mendapatkan rekomendasi obat serta dosis yang sesuai.

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/adv



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami