Sarin Rare Gianyar Ajak Anak Jauhi Gawai Lewat Seni, Literasi, dan Aksi Sosial
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Menutup tahun ajaran 2024/2025, Taman Pendidikan Sarin Rare yang berada di bawah naungan Yayasan I Ketut Alon, menggelar kegiatan edukasi berbasis budaya, literasi, inklusivitas, dan kepedulian sosial.
Rangkaian kegiatan ini tidak hanya sebatas penyerahan raport dan ijazah, tetapi juga menghadirkan berbagai aktivitas seni budaya serta edukasi kesehatan.
Baca juga:
Kak Seto Ingatkan Bahaya Gadget untuk Anak
Kegiatan yang dipusatkan di lingkungan sekolah ini turut mendapat dukungan dari Komisioner Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Provinsi Bali sebagai bentuk nyata perlindungan hak anak sejak usia dini.
"Kami ingin membangun kesadaran bahwa hak anak untuk berkarya dalam budaya dan mengisi waktu luang secara positif adalah bagian dari perlindungan sejak usia dini," ungkap Made Ariasa, pengurus Taman Pendidikan Sarin Rare.
Acara penyerahan raport dan ijazah diberikan kepada siswa PAUD, TK B, serta kelas VI SD. Sejumlah pertunjukan seni budaya turut memeriahkan kegiatan ini, dibawakan langsung oleh anak-anak, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Mereka tampil menari, megambel, dan menyanyi, membuktikan komitmen sekolah terhadap pendidikan inklusif.
Dalam upaya menguatkan budaya literasi sejak dini, Sarin Rare bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Kabupaten Gianyar menghadirkan dua mobil perpustakaan keliling. Anak-anak tampak antusias membaca buku cerita bergambar bersama teman dan orang tua.
“Banyak orang tua mengaku anaknya kurang fokus, bahkan terlambat bicara karena terlalu dini dikenalkan pada gawai. Kami ingin menjadikan membaca sebagai aktivitas menyenangkan dan membangun interaksi sosial yang sehat,” tambah Made Ariasa.
Tak hanya itu, kegiatan akhir tahun ini juga diisi dengan aksi donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi orang tua murid dan masyarakat sekitar, didukung oleh PMI Kabupaten Gianyar dan RS Ari Canti.
“Kami ingin menjadikan sekolah sebagai pusat pembelajaran yang utuh, tidak hanya bagi anak-anak, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat. Pendidikan yang menyentuh hati dan nilai-nilai kemanusiaan adalah fondasi bangsa yang kuat,” pungkas Ariasa.
Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi contoh sekolah berbasis budaya dan sosial yang tetap relevan di era digital.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/gnr