search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Obati Kerinduan dengan Beli VCD Nanoe Biroe
Sabtu, 10 November 2012, 10:56 WITA Follow
image

beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Puluhan tahun merantau di Propinsi Lampung, tak membuat warga asal Bali di Lampung lupa dengan kawitan atau asal usul mereka. Banyak cara dilakukan warga asal Bali di Lampung Untuk mengobati rasa rindu terhadap tanah leluhur mereka.

Saat berkunjung ke Desa Balinuraga Lampung Jumat (9/11/2012), suasana pedesaan Bali langsung terasa. Meski jarak Bali-Lampung ribuan kilometer, menginjakkan kaki di Balinuraga seperti menginjakkan kaki di sebuah desa di Bali.

Tembok penyengker (tembok halaman rumah) di Desa Balinuraga, hampir semuanya berciri khas Bali. Merajan (pura) sebuah keluarga juga terlihat hampir di sepanjang jalan utama desa Balinuraga. Di desa ini juga terdapat pura kahyangan tiga (desa, puseh,dalem) seperti halnya di Bali. Sejumlah anak babi atau kucit, juga tampak berkeliaran di halaman rumah warga, seperti halnya di daerah pedesaan di Bali.

Warga Bali di Desa Balinuraga Lampung sudah mulai ada sejak tahun 1963. Mereka merupakan transmigran gelombang kedua setelah gelombang pertama di tahun 1952. Sebagian besar warga di lokasi ini merupakan warga dari Kabupaten Klungkung, yakni dari Nusa Penida dan Lembongan.

Di Balinuraga, warga Bali saat ini sudah masuk generasi yang ketiga. Secara umum, kehidupan ekonomi warga setempat sudah semakin membaik dibanding generasi pertamanya. Rata-rata keluarga di Desa Balinuraga sudah mampu menyekolahkan anaknya minimal hingga bangku SMA.

"Disini kami mengutamakan pendidikan untuk anak kami, kami ingin anak kami lebih pintar dari orang tuanya. Kami sangat bangga bisa menyekolahkan anak kami, apalagi hingga sekolah di Jawa," ujar salah seorang warga Balinuraga, Wayan Taken.

Untuk mengobati rasa rindu terhadap tanah leluhur di Bali, warga Desa Balinuraga menebusnya dengan berbagai cara mulai membeli parabola agar bisa menangkap siaran tv lokal di Bali, hingga membeli vcd lagu penyanyi Bali Nanoe Biroe atau Lolot.

"Selain itu, jika punya uang lebih, kami juga menengok saudara kami yang masih ada atau tinggal di Bali,"jelas Taken. Meski masih ingat dengan tanah leluhurnya, namun tak semua warga di Balinuraga mengerti bahasa Bali, khususnya bahasa Bali halus. Beberapa anak muda yang dijumpai mengaku kini lebih banyak berbicara dengan menggunakan bahasa campur-campur antara bahasa Bali, Indonesia, dan Lampung. Ketua PHDI Lampung, Nengah Maharta menyatakan, selama puluhan tahun bermukim di Lampung, sejarah konflik antara warga keturunan Bali dengan warga dari suku lainnya di Lampung diakui telah ada sejak dulu.

"Namun dulu konfliknya lebih pada soal perut, dimana hasil tani warga Bali diambil oleh warga dari suku lain terutama warga asli sini, tidak pernah ada konflik bernuansa SARA seperti saat ini, dengan korban jiwa yang banyak. Semoga ini menjadi yang terakhir, pelajaran bagi kita semua, semoga tidak ada lagi konflik antar suku di sini,"ujarnya. 

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami