search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mutilasi Terungkap, Pemkab Klungkung Gelar Tawur Gantuh
Rabu, 25 Juni 2014, 23:34 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KLUNGKUNG.

Pasca terungkapnya kasus mutilasi yang menghebohkan warga Bali ini, Pemkab Klungkung akan menggelar Tawur Gantuh untuk pembersihan wilayahnya secara niskala.

Terkait upacara Tawur Gantuh itu, Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta akhirnya meminta jajaranya untuk berkordinasi termasuk dengan PLH Bupati Klungkung, Made Kasta dan Disbudpar Klungkung. Dalam koordinasi itu akhirnya di putuskan melakukan tawur gantuh di Catuspata, Klungkung.

Made Kasta yang didampingi staf Budpar Klungkung Ketut Suadnyana mengakui jika kejadian mutilasi di Klungkung tergolong kejadian luar biasa. Untuk itu diperlukan untuk menggelar upacara taur gantuh di wilayah Klungkung. Selain itu, upacara pecaruaa Manca Sata juga akan dilakukan di kos-kosan jalan Kenyeri yang juga lokasi mutilasi untuk menghilangkan leteh (kotor) di Klungkung.

"Diharapkan Klungkung kembali tentram seperti sedia kala.  Ya ini mungkin sebuah peringatan Tuhan kepada masyarakat Klungkung," ujar Kasta di Klungkung, Rabu 25 Juni 2014

Sebelum mutilasi, kata Kasta, diwilayah Klungkung juga ada kejadian penggorokan di jalan by pas mantra kawasan Jumpai juga belum pernah dilakukan upacara. "Ini Peringatan juga bagi kita kalau masih kurang aci acinya," jelas Kasta.

Sementara itu, pakar lontar yang juga ahli upacara Dewa Soma menyampaikan bahwa tawur gentuh dilakukan karena adanya wong pejah kecincang (mutilasi) sehingga patut digelar upacara tersebut.

"Hal ini sesuai dengan Lontar Sanggar Bhumi dan Kala Tatwa. Sementara tingkatan yang diambil dalam Tawur kali ini adalah Madya Yadnya," ungkapnya.

Dewa Soma menambahkan jika sarana upacara yang akan dipergunakan adalah kambing, angsa, asu bang bungkem, kucit butuan, bebek belang kalung dan sarana lainya.

 

"Upacara itu akan dilakukan setelah berkordinasi untuk mencari hari baik dengan sejumlah pihak, termasuk Desa Pakraman yang tertimpa musibah seperti lokasi mutilasi dan menjadi tempat pembuangan potongan tubuh. Iya Paling lambat usai Pilres lah," tandasnya.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami