search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Perang Ketupat, Tradisi Bersyukur Warga Kapal
Rabu, 15 Oktober 2014, 09:25 WITA Follow
image

bbcom

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Warga Desa Adat Kapal, Mengwi, Kabupaten Badung, Bali memiliki ritual unik yang disebut tradisi perang ketupat. Tradisi turun temurun yang tidak bisa ditemui didaerah lain di Pulau Dewata itu tentu saja menjadi tontonan warga dan wisatawan mancanegara.

Sebelum perang ketupat dimulai, seluruh warga desa terlebih dahulu sembahyang bersama dipura setempat. Usai berdoa, ratusan warga kemudian saling berhadap-hadapan dan mereka bersiap untuk berperang.

Begitu aba-aba diberikan, mereka kemudian langsung bertempur. Saling lempar kelompok yang berhadapan dengan amunisi ketupat. Tak ada rasa marah, apalagi dendam. Sebaliknya, senyum ceria mereka terpancar dari para peserta.

Meski hanya tradisi, namun mereka seperti berperang sungguhan, ada yang menyerang, ada pula yang bertahan. Ribuan ketupat melayang di udara. Bahkan tak sedikit peserta yang terkena lemparan ketupat.

Salah satu peserta bernama Made Alit yang terkena lemparan ketupat di matanya sehingga matanya menjadi merah mengaku ia tak marah. "Perang ketupat ini tiap tahun digelar. Kami menjaga tradisi ini. Dalam tradisi ini tidak ada marah dan dendam," tutur Alit, Selasa 14 Oktober 2014.

Tradisi ini tentu saja menjadi perhatian warga dan daya tarik tersendiri wisatawan mancanegara. Bahkan, tak sedikit wisatawan yang menyaksikan terkena lemparan dan mereka ikut balik melempar ke kerumunan peserta.

Uniknya, usai berperang para peserta dari kedua belah pihak yang tadi berperang kemudian bercengkrama dan saling bersalaman. Selanjutnya, mereka pun ramai-ramai membersihkan jalan raya yang dipakai sebagai arena perang yang dipenuhi dengan ketupat.

Perang ketupat yang sering disebut juga dengan Aci Rah Pengangon ini merupakan bentuk ungkapan terima kasih dan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada sang pencipta Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala limpahan rezekinya.

Upacara ini merupakan salah satu peninggalan dari leluhur masyarakat Bali yang masih dipertahaankan hingga kini dan dirayakan secara konsisten dari generasi ke generasi. Upacara perang ketupat ini pertama kali diadakan pada abad ke-13 Masehi.

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami