search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Buku Geger Nusantara : Kata Majapahit Tidak Ada Hubungan dengan Buah Maja
Sabtu, 4 Juli 2015, 11:15 WITA Follow
image

beritabali.com/file

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Nama Kerajaan Majapahit, selama ini identik dengan buah Maja yang rasanya pahit. Namun buku Geger Nusantara yang ditulis Iwan Pranajaya, menyatakan tidak ada hubungan antara kata Majapahit dengan buah Maja yang rasanya pahit. Lalu apa arti kata Majapahit?
 
Dalam bukunya Geger Nusantara, Iwan menuliskan, Nama Majapahit adalah bentuk penulisan dari kata "Mayapahit" yang disimbolkan dengan "Surya".
 
"Ini mengandung makna spiritual yang dalam. Yakni untuk mencapai "Maya" atau inti pengetahuan tertinggi, harus melalui "Pahit" atau ujian, cobaan, brata, dan penyucian diri. Dan jika sudah mencapai "Maya", maka sinarnya akan menerangi seluruh dunia (Surya),"jelas Iwan.
 
"Jadi makna Majapahit sama sekali tidak berhubungan dengan buah Maja seperti yang selama ini dipahami,"imbuhnya.
 
Filosofi Majapahit, kata Iwan, diciptakan oleh Gajah Mada, terkait visinya untuk menyatukan Nusantara dan dunia. 
 
Selain arti kata Majapahit, buku  "Geger Nusantara" yang dirilis belum lama ini di Bali juga menyebutkan, pusat Kerajaan Majapahit bukan di Pulau Jawa, namun justru ada di Bali. 
 
"Kerajaan Majapahit pusatnya di Bali, tepatnya di Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Buleleng. Sawan merupakan sastra dari Sawangan yang terkait dengan Kraton Sawangan, Pusat Pemerintahan Majapahit,"jelas Iwan kepada Sejarah Bali dan Beritabali.com belum lama ini.
 
 
Sementara Istana Majapahit di Trowulan Jawa Timur, menurut Iwan, merupakan benteng darat wilayah Barat Majapahit yang dipimpin Trah Airlangga (Brawijaya).
 
Iwan mengaku punya bukti-bukti kuat terkait temuannya ini. Semua berdasar pembacaan perlambang atau simbol-simbol pada peninggalan sejarah seperti pura dan arca yang ditemukan di wilayah Desa Bungkulan Buleleng. Iwan mengatakan apa yang ditulis berdasarkan metode baca perlambang (ikonografi) dan bukan berdasar asumsi atau dugaan-dugaan.
 
"Semua bisa saya pertanggungjawabkan secara ilmiah dengan metode ikonografi yang saya pakai,"jelasnya.
 
Selain tentang Kerajaan Majapahit, buku Geger Nusantara yang ditulisnya juga menjelaskan beberapa hal penting lainnya seperti sosok tokoh Raja Udayana, sosok Gajah Mada, sosok Kebo  Iwa, Sejarah Perang Bubat, sejarah para raja Bali (Dalem) dan hal-hal penting lain terkait sejarah Bali. Tentu saja semua penjelasannya sangat berbeda dengan pelajaran sejarah yang pernah diajarkan selama ini di bangku sekolah. [bbn/psk]

Reporter: bbn/psk



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami