search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Ngetem Dari Pagi Demi Antar Pedagang Pulang
Senin, 12 Maret 2018, 13:45 WITA Follow
image

Beritabali.com/mul

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Ngetem  hanya untuk mengantar pedagang Pasar Kreneng pulang menjadi satu-satunya pilihan bagi para sopir angkutan kota (angkot) di Terminal Kreneng. Para sopir di terminal Kreneng kini tidak terlalu berharap mendapatkan penumpang  yang akan berangkat dari Terminal Kreneng menuju Terminal Ubung-Denpasar.  

[pilihan-redaksi]
“Keberadaan angkot sudah tersisih, penumpang sudah tidak ada, banyak yang sudah menggunakan  kendaraan pribadi. Belum lagi sudah ada Gojek dan Grab,” ujar salah satu sopir angkot Nyoman Wira saat ditemui di Terminal Kreneng-Denpasar pada Senin (12/3).

Menurut Wira, Angkot di Terminal Kreneng hanya hidup dari melayani pedagang pasar yang hendak pulang dari pasar. Dimana sekali antar hanya mendapatkan bayaran Rp. 20.000 dan dalam sehari paling banyak hanya mendapatkan uang Rp. 40.000 – Rp. 50.000. “itu juga kita ngetem dari jam 6 pagi, jam 12 atau jam 1 siang kita sudah pulang, ya sampai di rumah ngempu cucu” ungkap laki-laki umur 57 tahun asal Banjarangkan-Klungkung tersebut.

[pilihan-redaksi2]
Wira mengaku enggan meninggalkan profesi sebagai sopir angkot yang telah digelutinya semenjak putus sekolah  pada kelas 5 sekolah dasar.  Profesi sebagai sopir digelutinya sejak tahun 1970, dimana saat itu jumlah kendaraan di Denpasar masih sangat jarang.

“Kalau mau jadi buruh bangunan hasilnya memang lebih banyak, tetapi tenaga sudah tidak mendukung, pilihan tetap pada sopir angkot , sekalian sambil menghibur di masa tua,” papar Wira.

Walaupun dalam kondisi miris, Wira mengaku masih bisa bersyukur karena angkot yang digunakan milik sendiri, sehingga tidak perlu kejar setoran. Belum lagi karena sering ngetem dan hanya mengantar pedagang pulang dari Pasar Kreneng menyebabkan biaya untuk membeli bensih minim. Pembelian bensin hanya dilakukan dalam 2-3 hari sekali.

“Syukurnya lagi kalau sewaktu-waktu ada yang carter untuk mengantar rombongan sembahyang, jadi ada tambahan penghasilan, walaupun trayeknya cenderung keluar Denpasar,” kata Wira.

Wira mengakui penghasilannya sering tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, sehingga harus meminjam uang untuk membeli beras. Pengembalian uang pinjaman juga dilakukan dengan cara mencicil Rp. 10.000 per-hari. “belum lagi kalau bemo rusak  atau samsat kendaraan, ya terpaksa minjam uang” ungkap Wira.

Wira menambahkan hingga kini hanya sekitar 15 sopir angkot yang masih melayani jalur angkutan Terminal Kreneng menuju Terminal Ubung. Sopir angkot tersebut juga rata-rata sudah berusia tua, sehingga dalam sehari tidak semua sopir angkot  bekerja. [bbn/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami