search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
15 Warga Lombok Utara Mengungsi Ke Tabanan
Senin, 13 Agustus 2018, 23:25 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Beritabali.com,Tabanan. Efek trauma gempa Lombok 7,0 SR masih dirasakan terutama oleh warga Lombok Utara. Maka dari itu sebanyak 15 warga Gili Trawangan Jalan Bulu Babi, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara mengungsi secara mandiri ke Tabanan. 
 
[pilihan-redaksi]
Mereka mengungsi ke rumah keluarganya yakni I Ketut Pastika (55) di Banjar Bantas Balai Agung, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan. Dari 15 orang tersebut terdapat dua balita usia 4 tahun, satu usia 2 tahun, dan empat orang anak-anak usia 7 sampai 14 tahun. Mereka berangkat dari Lombok pada Sabtu (11/8) siang sekitar pukul 13.00 Wita. Dan tiba di Tabanan Sabtu malam sekitar pukul 24.00 Wita. Perjalanan lama sampai ke Tabanan karena kapal ferry yang ditumpanginya baru menyandar selama 9 jam. 
 
Kadek Yogiani (30) salah satu pengungsi mengatakan keluarga yang diajak mengungsi adalah keluarga dari suaminya Antik Tri Permana. Dimana ia merupakan putri dari Ketut Pastika yang menikah ke Mataram dan tinggal di Gilitrawangan Jalan Bulu Babi, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. "Kebetulan saya punya villa dan hotel di Gili Trawangan jadi saya menetap disana," ujarnya. 
 
Sedangkan keluarganya ini sebenarnya tinggal di Kota Mataram. Hanya saja karena merasa tidak nyaman dan ingin istirahat ia mengajak keluarganya ini ke Tabanan, Bali. "Semua yang kami ajak ini adalah keluarga dekat ada juga tetangga yang ingin ikut," jelasnya. 
 
Dirinya menuturkan, alasan ke Tabanan untuk sementara waktu ingin istirahat dengan tenang. Pasalnya setiap harinya masih digoyang gempa skala kecil sehingga tidurnya menjadi terganggu. Apalagi rasa trauma masih menghantui akibat guncangan gempa kekuatan 7,0 SR pada beberapa waktu lalu. "Tidak bisa tidur dengan tenang meskipun sudah tidur di tenda yang dibuat disamping rumah," ujarnya.
 
Bahkan saat ini khususnya warga di Lombok Utara mereka masih trauma. Rumah rata dengan tanah dan banyak keluarga yang kehilangan anak dan orang tua. Termasuk juga salah satu staff dari Yogiani ada yang kehilangan orang tua karena tertimpa reruntuhan. Sedangkan untuk wisatawan ke Gili Trawangan sekarang masih ditutup. 
 
"Jadi suasananya sepi, hotel dan villa saya ada beberapa yang rusak sehingga masih perlu di renovasi," jelasnya. 
 
Saat gempa terjadi dengan kekuatan 7,0 SR, ia sedang membeli martabak. Aktifitas wisatawan saat itu juga normal banyak yang berada di dalam hotel dan villa, tetapu setelah guncangan gempa sangat dahsyat mereka berhamburan ke pantai. 
 
Bahkan gempa yang diinformasikan berpotensi tsunami itu membuat ia dan seluruh wisatawan yang ada disana berlari menuju bukit Gili Trawangan secara beramai-ramai. "Semua orang saat itu panik setengah mati, mereka bingung dan perasaan tidak karuan," jelasnya. 
 
Meskipun pada Minggu malam itu peringatan tsunami sudah dicabut, karena banyak orang yang panik dan takut kebawah, mereka memutuskan tidur di bukit. Dan kembali ke bawah pada Senin (6/8) sekitar pukul 05.00 Wita. "Jadi pada saat kami ke bawah semua kami lihat sudah rata, bangunan warga ambruk dan banyak warga yang kehilangan saudara," kenang Yogiani. 
 
Beruntung anak sematangnya wayangnya Gio (2) ada di Bali bersama dengan sang kakek sedang liburan imbas dari gelombang tinggi beberapa hari yang lalu. Sehingga ia dan suaminya sedikit merasa tenang tinggal fokus mengurus staff yang terkena musibah. 
 
[pilihan-redaksi2]
Karena masih trauma itulah ia dan keluarga besarnya memutuskan ke Bali. Dan rencananya akan kembali ke Lombok dalam waktu dekat. "Kemungkinan saya kembali kesana dengan suami duluan melihat kondisi disana. Sedangkan keluarganya ada yang ingin balik dan juga ada ingin ke Denpasar mencari keluarga disana," jelasnya. 
 
Bahkan di rumahnya di Banjar Bantas Bale Agung itu, ia sudah membuka posko bantuan bencana. Mereka dibantu oleh mahasiswa Undiksa yang KKN di Desa Bantas untuk mengumpulkan bantuan. Memang yang sangat dibutuhkan adalah selimut, makanan, obat-obatan serta pakaian dalam perempuan. 
 
"Kemarin bantuan sudah ada yang kami kirim ke Lombok Utara, sekarang kami masih mengumpulkan lagi," jelasnya. (bbn/nod/rob) 

Reporter: bbn/nod



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami