search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Joged Bumbung All Star, Perangi Kelamnya Joged Adar
Jumat, 24 Agustus 2018, 15:15 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. Potret joged bumbung yang di era global akrab dengan nuansa adar (porno) memang membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat Bali. Pasalnya, kesenian kerakyatan ini sudah termasuk dalam sembilan tari Bali yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia tak benda. 
 
[pilihan-redaksi]
“Kita lihat video yang beredar tentang joged bumbung yang sekarang duh sedih sekali saya melihatnya, respon masyarakat mancanegara pun jadi negatif,” ungkap Wiratini di akhir pementasan Joged Bumbung All Star di Kalangan Ayodya, Taman Budaya, Denpasar, Kamis malam (23/8). 
 
Maka dari itu, ia menekankan dalam Satyam, Siwam dan Sundaram dimana tiga dasar ini harus dipakai pegangan berkesenian. "Kalau tidak ya, seperti sekarang ini, miris saya melihatnya,” tutur Ni Made Wiratini sendu. Sebagai pembina joged seluruh Bali, Wiratini telah mengupayakan yang terbaik dalam menjaga joged bumbung.
 
Sebelum penampilan empat penari joged bumbung dari Buleleng, Karangasem, Tabanan dan Badung, pementasan diawali tari Megirang garapan I Wayan Dibia. Bersama sang suami (I Wayan Dibia) dirinya telah mengupayakan yang terbaik untuk mengembalikan kesenian joged bumbung ke jalan dan pakem yang benar. Dimulai dengan memberikan saran dan pendapat di forum, menelisik sumber-sumber joged jaruh, dan membuat kegiatan yang mengaitkan dengan esensi joged bumbung yang sejati. 
 
Persembahan Joged Bumbung All Star yang diprakarsai oleh I Wayan Dibia dan turut dibantu Ni Made Wiratini memiliki tujuan untuk menunjukkan pakem joged yang sebenarnya. Joged Bumbung All Star yang tampil dalam Bali Mandara Mahalango 5 tepatnya di Kalangan Ayodya Taman Budaya, Denpasar terdiri dari 4 (empat) penari joged terbaik yang dipilih melalui kompetisi joged bumbung dalam rangkaian Bali Mandara Mahalango 2 (dua) tahun yang lalu. 
 
Keempat penari joged itu diantarnya Linda Puspawati dari Kabupaten Singaraja, A.A Ayu Laksmi dari Kabupaten Karangasem, Wiwik Widiastuti dari kabupaten Tabanan, dan Mery Yanti dari Kabupaten Badung. “Keempat penari ini dikatakan all star karena ini memang yang terbaik dan dia mengikuti struktur yang benar,” jelas Wiratini. 
 
Salah satu penari joged bumbung, Wiwik Widiastuti menuturkan dirinya pun turut miris dengan keadaan tari joged bumbung yang sekarang. “Saya sangat tidak habis pikir, joged tidak bisa terus dipandang negatif dan kehadiran kami semoga dapat menepis itu semua,”jelas Wiwik dengan nada tegas. 
 
[pilihan-redaksi2]
Munculnya joged jaruh di tengah masyarakat menurut pengamatan Wiratini dan sang suami disebabkan oleh adanya mata rantai antara si penari nakal dan yang memberi upah. “Pertama untuk penari kenapa dia mau, kedua penari mau pasti karena diupah dengan jumlah yang besar, dan inilah yang harusnya diputus,” terang Wiratini tegas. Dirinya pun mengaku sudah berusaha membuat parerem (aturan-red) apabila yang terbukti melakukan dan melaksanakan joged porno pelakunya harus ditangkap. 
 
Namun, hingga saat ini pihak berwenang pun tak terlalu menggubris kelakar tegas Wiratini. “Apanya yang porno,” ujar Wiratini menirukan nada bicara mereka yang tak perduli. Sebagai pecinta seni dirinya hanya dapat mengupayakan apa yang dapat diperjuangkan. “Yang jelas saya tidak akan berhenti, sebab kalau bukan kita sebagai orang bali siapa lagi yang akan menyelamatkan joged,” tutup Wiratini dengan pertanyaan retoris. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami