search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rerajahan Kawisesan Sebagai Pelindung Jiwa Dan Raga
Sabtu, 20 Oktober 2018, 06:00 WITA Follow
image

Jurnal Kajian Bali

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Rerajahan kawisesan memiliki fungsi sebagai pelindung jiwa dan raga agar terhindar dari marabahaya magis. Makna rajah kawisesan adalah untuk menjaga kedamaian. Demikian terungkap dalam jurnal ilmiah berjudul “Rerajahan Kawisesan dalam Teks Ajiblêgodawa: Sebuah Kajian Etnosemiotika” yang ditulis oleh I Wayan Rasna dan dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali Volume 05, Nomor 02, tahun 2015.

[pilihan-redaksi]
Dalam artikel tersebut dituliskan rerajahan sebagai gambar atau suratan yang mengandung kekuatan gaib. Rerajahan merupakan salah satu komponen vital yang diyakini mempunyai daya magis. Sebab rerajahan selalu saja menjadi bagian penting pada saat ritual ngaben (kremasi pengembalian badan kasar ke asalnya), malaspas (menyucikan bangunan), macaru (persembahan kurban), usada atau pengobatan.

Disebutkan rerajahan sebagai gambar atau lukisan yang mengandung kekuatan gaib, tidak berbeda dengan patung yang merupakan yang merupakan simbol-simbol sakral agama Hindu, setelah dilakukan ritual pamelaspas (penyucian), seperti patung Achintya. Sebab ritual penyucian ini di samping bermakna menghilangkan noda atau kotoran secara gaib, penyucian (pamelaspas) juga bermakna menghidupkan benda yang disucikan.

[pilihan-redaksi2]
Rerajahan berkekuatan magis karena dibuat melalui proses sakral, seperti dewasa ayu (hari baik pada awal pembuatannya). Dipilihnya hari baik, karena diyakini bahwa hari baik akan mendatangkan atau membawa jalan hidup menjadi lebih baik atau lebih mudah atau lebih lancar atau lebih lapang.

Salah satu contoh yaitu Rajah yang berbentuk bajra adalah senjata Dewa Iswara yang dalam  huwana agung menempati posisi di timur (Purwa) dan di bhuwana alit berada di jantung. Warnanya putih, aksaranya Sang. Rajah senjata Bajra berfungsi sebagai simbol pemujaan kepada Sang Hyang Tunggal, Sang Hyang Siwa. Rajah senjata Bajra bermakna memohon keselamatan, kesejahteraan alam beserta isinya.

Makna rerajahan kawisesan yang bentuknya merupakan kolaborasi antara gambar yang diyakini berdaya magis berupa kesaktian dan huruf atau aksara yang juga sangat diyakini berdaya magis tinggi karena dalam aksara modre terdapat kekuatan para Dewa dan kekuatan alam yang memengaruhi kehidupan manusia di dunia ini.

Kolaborasi kekuatan ini akan berguna bagi keselamatan, kesejahteraan dan kedamaian umat manusia di dunia ini manakala vibrasi kekuatan yang mahaagung itu didayagunakan secara baik dan benar. Sebaliknya, kekuatan itu akan berubah menjadi bencana manakala kesaktian itu disalahgunakan. [bbn/ Jurnal Kajian Bali/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami