search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Antara Masker dan "Face Shield", Mana yang Lebih Ampuh Tangkal Corona?
Kamis, 7 Mei 2020, 15:10 WITA Follow
image

bbn/dok.UGM

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Beberapa akhir ini, ada satu alternatif lain selain masker untuk menangkal penularan virus covid-19, yakni face shield atau pelindung wajah yang saat ini banyak digunakan tenaga kesehatan.


[pilihan-redaksi]
"Pelindung wajah, yang dapat diproduksi dan didistribusikan dengan cepat dan terjangkau, harus dimasukkan sebagai bagian dari strategi untuk secara aman dan secara signifikan mengurangi penularan dalam pengaturan di masyarakat," kata tiga dokter dari University of Iowa seperti dilansir dari Health24.


Dilaporkan dalam Journal of American Medical Association, para ahli yang dipimpin oleh Dr Eli Perencevich, dari departemen kedokteran dalam universitas, dan Sistem Perawatan Kesehatan VA Kota Iowa, mengatakan bahwa kini saatnya pelindung wajah jadi pilihan.


Sementara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS mulai mengadvokasi penggunaan masker kain untuk membantu menghentikan transmisi Covid-19. Pengujian laboratorium menunjukkan bahwa masker kain memberikan beberapa penyaringan partikel aerosol seukuran virus. Menurut kelompok Perencevich, "pelindung wajah dapat memberikan pilihan yang lebih baik".


Agar lebih efektif dalam menghentikan penyebaran virus, pelindung wajah harus diperluas hingga di bawah dagu. Itu juga harus menutupi telinga dan seharusnya tidak ada celah yang terbuka antara dahi dan topi face shield. Pelindung wajah ini, kata kelompok Perencevich, memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan masker.


Pertama mereka dapat digunakan kembali tanpa henti. Alat itu hanya membutuhkan pembersihan dengan sabun dan air atau desinfektan umum. Face Shield biasanya lebih nyaman dipakai daripada topeng, dan mereka membentuk penghalang yang membuat orang tidak mudah menyentuh wajah mereka sendiri. Saat berbicara, orang kadang-kadang menarik masker untuk mempermudah. Tapi hal itu tidak perlu dilakukan bila menggunakan pelindung wajah.


"Penggunaan pelindung wajah juga merupakan pengingat untuk menjaga jarak fisik, tetapi memungkinkan visibilitas ekspresi wajah dan gerakan bibir untuk persepsi ucapan," kata penulis.


Lantas, bagaimana dengan kemampuan pelindung wajah untuk mencegah penularan coronavirus?


Menurut tim Iowa, studi skala besar belum dilakukan. Tetapi "dalam studi simulasi, pelindung wajah terbukti mengurangi pajanan virus langsung sebesar 96 persen saat dipakai oleh petugas layanan kesehatan dalam 18 inci batuk."


"Ketika penelitian ini diulangi pada jarak 6 kaki (1,8 m) yang direkomendasikan saat ini, pelindung wajah mengurangi virus yang dihirup sebesar 92 persen," kata para peneliti.


Hingga kini belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat seberapa baik pelindung wajah membantu mencegah virus yang dihembuskan atau batuk menyebar keluar dari pengguna yang terinfeksi, kata Perencevich dan rekan-rekannya. Mereka berharap studi tentang masalah itu akan dilakukan.


Dan mereka menekankan bahwa pelindung wajah seharusnya hanya menjadi salah satu bagian dari upaya pengendalian infeksi, bersama dengan jarak fisik dan mencuci tangan pakai sabun.

Sumber: Suara.com

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami