search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sistem Pilah, Cacah, dan Olah Dinilai Pecahkan Masalah Sampah di Bali
Rabu, 2 September 2020, 22:50 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Akademisi Universitas Udayana membuat inovasi untuk menekan jumlah volume sampah sekaligus memberi nilai tambah bagi masyarakat di saat pandemi Covid-19, yakni dengan sistem pengelolaan Pilah, Cacah dan Olah.

Sistem tersebut diperkenalkan oleh Dr Ir I GN Nitya Santhiarsa, MT, Ketua Pelaksana Udayana Mengabdi, dengan beranggotakan 3 orang lainnya, Dr I GA Alit Suryawati, SSos, MSi, Ir NM Dwidiani MASc, dan Prof Dr TG Tirta Nindhia,ST, MT.

"Sistem ini saya yakin baru, meskipun sebagian masyarakat sering mendengar kata-kata tersebut," Dr Ir I GN Nitya Santhiarsa,MT, Selasa,(1/9) di Denpasar.

Dijelaskan dalam hal ini masyarakat sebagai pemilik sampah memiliki tangung jawab memilah sendiri yang selanjutnya dengan proses cacah. Sehingga proses berikutnya akan lebih mudah diolah dan dijadikan pupuk, fertilizer, dan bahan bakar padat yaitu, briket, bahan bakar cair dan biogas.

"Jadi bisa dikatakan sampah kedepan bukan masalah lagi, tapi bisa menjadi berkah. Tentu itu tergantung dari paradigma kita," ujarnya.

Ia menekankan sistem yang diperkenalkan ini tidak menonjolkan pada teknologi alat, melainkan sistem yang disebut ekonomi sirkuler atau ekonomi yang bersiklus.

"Jadi, tidak ada suatu barang pun dalam ekonomi sirkuler terbuang atau tidak terpakai. Jadi, semua berguna atau bermanfaat dari siklus yang dilakukan," jelasnya.

Ia menambahkan semua proses mengikuti siklus alami seperti siklus alam sehingga tidak ada bahan yang berbahaya dari sistem yang dikembangkan tersebut. Sementara, untuk pengembangan di Bali secara masif, menurutnya sangat memungkinkan bisa dilakukan. Mengingat tujuan utamanya adalah untuk mampu menekan jumlah volume sampah.

Namun, kata dia, hal paling penting adalah mampu memberdayakan masyarakat di TPS di hulu dan meringankan beban pemerintah juga, karena pembuangan sampah ke TPA mampu berkurang dari sebelumnya.

"Harapan kami setidaknya setiap Banjar di desa adat yang memiliki Bumda setidaknya dapat mengikuti sistem seperti ini. Yang mana, sistem ini sangat layak dan sangat mudah diterapkan di tengah masyarakat," harapnya.

Reporter: bbn/aga



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami