Tekan Angka "Stunting" Lewat Posyandu Keluarga
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NTB.
Berdasarkan elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Masyarakat (e-PPGBM), data stunting (gagal pertumbuhan pada anak) di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 19,02 persen.
Angka ini terus menerus ditekan oleh Pemprov NTB, melalui edukasi lewat program unggulan Posyandu Keluarga. Sehingga untuk penurunan stunting, gizi buruk, ibu melahirkan meninggal, serta angka kematian bayi menurun bisa dicapai.
Wakil Gubernur NTB, Dr Hajah Sitti Rohmi Djalillah dalam kesempatan menerima wawancara salah satu stasiun televisi nasional terkait stunting di ruang kerjanya, Rabu (4/11) mengungkapkan, angka 19,02 data stunting itu dihitung dari entri 62,5 persen, bukan 100 persen.
"Jadi perkiraan angka stunting kalau entri 100 persen sekitar 30 persen itu didapatkan dari data riil yang dikumpulkan dari seluruh Puskesmas dan Posyandu di NTB. Bukan data dari Riskesdes yang merupakan data survei," ungkap Wagub Ummi Rohmi.
Dijelaskan, data dari Riskesdes akan dibandingkan dengan data e-PPGBM untuk menjadi bahan evaluasi. Dan patokan untuk melihat dari kabupaten mana, yang angka stuntingnya tinggi agar dapat ditemukan solusi.
Dari data e-PPGBM, persentase stunting tertinggi di NTB ada di Kota Mataram. Akan tetapi jika dari segi jumlah, jumlah masyarakat NTB terbanyak ada di Kabupaten Lombok Timur.
"Otomatis jumlahnya ada di Lombok Timur. Namun secara persentase stunting di Lombok Timur mengalami penurunan yang signifikan," ucap Wagub Ummi Rohmi.
Pihaknya berharap dari Pemdes, Pemkab, sampai Pemprov penanganan stunting bisa terintegrasi. Karena masalah stunting tidak masalah pada satu sektor atau satu imun saja. Ditentukan juga bagaimana kesehatan remaja, calon ibu, juga ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakat atau pengetahuan masyarakat tentang stunting.
Reporter: Humas NTB