Masyarakat Diharapkan Tak Ragu Efektivitas Vaksin Covid-19
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tim epidemiologi Universitas Udayana (unud) dr. I Made Ady Wirawan, MPH, PhD menjelaskan perkembangan vaksin Covid-19 yang saat ini masih dalam proses uji klinis
Ia memaparkan kandidat vaksin yang sudah dilaporkan menjanjikan dengan efektivitas klinis atau efikasi lebih dari 90% adalah yang dikembangkan Pfizer/BioNtech dan Moderna.
Dijelaskan Vaksin Pfizer harus disimpan di bawah suhu -80oC, sedangkan Moderna bisa pada suhu 2-9oC selama 1 bulan yang lebih mudah untuk distribusi di Indonesia.
"Satu lagi vaksin dari Astra Zeneca dilaporkan memiliki efikasi sekitar 70%, ini juga menjanjikan. Sedangkan kandidat Rusia jumlah events (kejadian infeksi) terlalu sedikit untuk bisa melakukan klaim efektif," sebutnya.
Sedangkan vaksin yang diujicobakan di Bandung yang dikembangkan oleh sendiri oleh Indonesia melalui lembaga Eijkman untuk jangka panjang, baru dilaporkan untuk sisi keamanan yang baik, sedangkan efikasinya belum diketahui.
Meski terbilang cukup cepat, menurutnya, dimana pengembangan vaksin umumnya memerlukan waktu 8-15 tahun, tetapi dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan akan virus dari wabah SARS dan MERS, serta jumlah sampel yang lebih banyak (30-40 ribu), vaksin bisa dibuat lebih cepat tersedia.
Terlebih, lanjutnya, tahapan pembuatan vaksin telah melewati sejumlah tahapan uji klinis seperti saat ini yang harus menunggu hasil penelitian fase 3 uji klinik selesai. Dimana nantinya akan terlihat dari analisis antara sebelum uji klinik selesai atau hasil interim (antara) yang menunjukkan keamanan baik, dan efikasi beberapa kandidat baik.
"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, kalau terbukti efektif dan aman maka tidak usah ragu," ungkapnya.
Sementara dari proses tahapan vaksinasi, Ketua Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Udayana ini mengatakan dari tahapan persiapan terlihat sudah bagus dengan berbagai simulasi dan persiapan logistik penunjang, kendati kandidat vaksin yang dipesan terutama Sinovac belum melaporkan hasik efikasinya.
Terkait efektivitas vaksin ditegaskan pula oleh Prof. Dr. dr. Cissy Rachiana Sudjana, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Menurutnya, vaksin adalah cara paling efektif untuk menurunkan kesakitan, kematian dan juga kecacatan.
Meskipun tingkat efektivitas vaksin berbeda satu dengan lainnya, namun satu hal yang pasti adalah, vaksin yang telah beredar pasti telah mendapatkan izin dari badan yang berwenang dan memenuhi syarat keamanan dan efektivitas.
Hal senada juga diungkapkan vaksinolog sekaligus spesialis penyakit dalam, dokter Dirga Sakti Rambe.
“Setiap vaksin punya efektivitas yang berbeda-beda. Namun, vaksin tidak akan mendapat izin penggunaan atau peredaran jika efektivitasnya tidak memenuhi syarat dan standar WHO,” ujarnya.
“Untuk vaksin Covid-19, WHO menetapkan minimal efektivitasnya 50%. Harapannya pasti nanti vaksin yang ada efektivitasnya bisa lebih tinggi dari angka yang ditetapkan WHO,” imbuhnya.
Proses pembuatan setiap vaksin harus melewati proses penelitian hingga uji klinis yang panjang. Namun karena kemajuan sains dan teknologi, prosesnya bisa jauh lebih cepat. Sekalipun lebih cepat, tidak ada kompromi dengan keamanan.
Prof. I Gusti Ngurah Mahardika, Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana, sekaligus anggota tim pengembangan vaksin Merah Putih menegaskan bahwa sekalipun proses penemuan vaksin harus dilakukan dengan cepat dan segera, keamanan vaksin adalah hal penting yang harus menjadi perhatian semua pihak.
“Selain juga jaminan akses vaksin yang murah, dan equitable untuk seluruh masyarakat. Proses regulasi harus cepat dan soal keamanan vaksin tidak ada kompromi sama sekali. Vaksin benar-benar harus aman sebelum digunakan,” tegasnya.
Untuk menegaskan keamanan, prosesnya pembuatannya juga diawasi oleh berbagai lembaga kompeten. Sebagai contoh, uji klinik vaksin Covid-19 di Bandung dengan standar sama seperti di negara lain, juga diawasi oleh badan pengawas, yaitu Badan POM, Data Safety Monitor Board (DSMB), dan Komite Etik FK Unpad. Betul-betul berlapis.
Reporter: bbn/tim