search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Mengenang 2 Pejuang Asal Jepang di Monumen Cakra Bioha Panca Bakthi
Jumat, 19 Februari 2021, 23:20 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, BADUNG.

Sebagai bentuk penghormatan dan juga apresiasi kepada para pahlawan pejuang kemerdekaan dalam mengusir penjajah, umumnya dilakukan dengan mengenang aksi nasionalisme dan patriotisme mereka melalui pembangunan monumen perjuangan

Dikutip dari beritabali.id, di Bali sendiri terdapat beberapa monumen yang tersebar di beberapa wilayah yang dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan. Salah satu monumen perjuangan yang memiliki keunikan dan sedikit berbeda dengan monumen lainnya adalah Monumen Cakra Bioha Panca Bakthi. 

Nilai keunikan tersebut dapat dilihat dari dibangunnya 2 buah patung pria di sekitar tugu pahlawan. Sebanyak 2 buah patung tersebut merepresentasikan 2 pejuang asal Jepang yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kedua pejuang asal Jepang tersebut bernama I Wayan Sukra (Mutsushiso) dan I Made Sukri (Haraka). 

Monumen Cakra Bioha Panca Bakthi yang terletak di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Kecamatan Abiansemal merupakan sebuah monumen yang dibangun untuk menghormati perjuangan para pahlawan kemerdekaan yang pernah berjuang di wilayah Badung. 

Pada monumen tersebut tertulis nama-nama pahlawan pejuang kemerdekaan yang berjumlah sebanyak 147 orang. Selain itu, di areal monumen juga dibangun sebuah pura yang bernama Pura Pucak Sangkur. 

Awalnya, I Wayan Sukera (Mutsushiso) dan I Made Sukri (Haraka) menyerahkan diri di Desa Penarungan, Kabupaten Badung karena pada saat itu Jepang telah kalah melawan Belanda. 

Mereka pun bergabung dan ikut membela perjuangan kemerdekaan masyarakat Bali dan berperan dalam memberikan pelatihan kepada para pejuang, khususnya dalam penggunaan senjata. Pada saat itu, di kawasan Desa Blumbungan dibangun sebuah markas yang diprakarsai oleh tokoh pejuang yang bernama I Wayan Likes. 

Pembangunan markas tersebut bertujuan untuk melatih mental dan fisik para pejuang kemerdekaan. Pada markas inilah I Wayan Sukra (Mutsushiso) dan I Made Sukri (Haraka) menyumbangkan senjata yang mereka miliki. 

Selain itu, I Wayan Sukra (Mutsushiso) dan I Made Sukri (Haraka) juga ikut serta dalam mengusir penjajah di berbagai pertempuran, termasuk pertempuran yang berlangsung di Puputan Margarana, dimana pada pertempuran tersebut mereka gugur dalam melawan penjajah.

Reporter: bbn/tim



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami